Melatih Anak agar Mampu Mengelola Emosi

3 komentar

Mengelola emosi adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan anak. Rasa marah merupakan emosi normal yang harus diungkapkan. Namun, ada beberapa ekspresi marah yang sebaiknya dihindari karena membuat anak semakin kasar dan agresif, contohnya seperti tantrum. Mengendalikan emosi anak memang bukan hal mudah.

Kita sebagai orang dewasa pun, masih harus terus belajar dalam mengelola emosi. Apalagi anak-anak yang masih beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. 

Sebagai orang tua, tentu khawatir ketika anak balita berteriak marah atau bertindak agresif. Hal tersebut terjadi karena anak belum mampu mengelola emosinya. Sehingga, perlu cara dalam mengajarkan dan melatih anak untuk mengelola emosi agar dapat tersalurkan dengan benar dan sehat. 


Sekilas tentang Emosi

Jika mendengar kata emosi, mungkin kita familiar dengan hal yang negatif seperti marah atau bertindak negatif. Padahal secara bahasa, emosi adalah perasaan yang melingkupi seseorang pada suatu waktu, misalnya saja perasaan senang, benci, suka, marah, sedih, dan lainnya. 

Setiap kita, Allah anugerahkan emosi positif maupun negatif. Itu merupakan ketentuan dari Allah, seperti di surat At Taubah ayat 82.

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.

Perkembangan emosi anak bersamaan juga dengan perkembangan sosialnya. Emosi yang ditampilkan anak, sebetulnya merupakan respons dari hubungan sosial yang dijalani dengan orang lain. Emosi tersebut juga mempengaruhi kelanjutan hubungan sosialnya. 

Ketika usia dini, perkembangan emosi anak masih dalam tahap penyesuaian diri. Melalui pengalaman berulang-ulang, anak akan dapat mengembangkan konsep sebab akibat dari emosi yang dirasakan. 

melatih anak agar mampu mengelola emosi


Cara Melatih Anak Mengelola Emosi

Sebelumnya disclaimer ya, saya bukan psikolog. Tulisan ini sebagai catatan pengingat pribadi dan introspeksi diri.

Mengelola emosi anak memang nano-nano rasanya. Apalagi jika emosi saya sendiri juga belum stabil, tentu akan bertambah sulit untuk mengendalikan anak. Dengan catatan ini, insyaAllah jadi sarana belajar yaa. 

Pentingnya melatih anak dalam mengelola emosi, bukan hanya berpengaruh kepada kehidupan sosial, tetapi mempersiapkan anak dalam mengatasi tantangan di kehidupan masa depan. Emosi yang mampu dikelola dengan baik, membantu anak dalam memahami perasaan, mengekspresikan, dan mengatasi konflik dalam interaksi sehari-hari. 

Berikut ini beberapa cara dari berbagai sumber, dalam membantu dan melatih anak agar mampu mengelola emosi.

Memulai sejak dini

Belajar mengelola emosi atau self regulation adalah keterampilan yang perlu diajarkan dan dilatih sejak dini. Berlatih mengelola emosi sejak dini akan lebih efektif untuk mengatur reaksi emosional, menenangkan diri saat marah,dan beradaptasi dengan perubahan emosi. 

Sebaiknya orang tua meningkatkan bonding dengan anak. Ketika hubungan orang tua dengan anak telah lekat, anak akan memiliki regulasi emosi yang lebih baik karena merasa aman dan percaya. Orang tua juga bisa introspeksi penyebab anak marah, tantrum atau bertindak agresif. 

Misalnya anak ingin melihat Shinbi House, padahal sudah waktunya makan atau mandi. Kita dapat mengantisipasi hal-hal yang terlihat sepele, tetapi bisa membuat anak tantrum

Mengenalkan anak tentang ragam emosi

Anak yang sering bereaksi dengan emosi marah karena masih belum mengerti perasaan dan cara mengekspresikannya. Perlu bagi orang tua untuk mengenalkan tentang emosi atau perasaan. Mengajarkan pada anak tentang emosi dengan cara mengidentifikasi dan melabeli suatu perasaan dalam hatinya. 

Mengenalkan aneka ragam emosi ini dapat dibicarakan sejak dini atau anak masih bayi. Sebagai pengenalan,orang tua dapat memanfaatkan buku cerita tentang emosi atau menunjukkan gambar-gambar wajah dengan emosi berbeda.

ekspresi emosi anak

Memberikan empati

Setelah mengajarkan anak untuk mengenali emosi, sebaiknya berikan empati dengan membantu anak agar mengakui perasaannya. Izinkan anak untuk meluapkan perasaan, tanpa menyakiti diri sendiri atau orang lain. Lalu,memberikan ruang pada anak untuk menenangkan diri. Ketika memarahi atau menghakimi emosi yang sedang dirasakan, maka anak akan berpikir bahwa emosi yang dirasakan salah. 

Menjadi contoh untuk anak

Anak meniru segala hal yang dilakukan orang tua. Baik atau buruk perilaku orang tua, tentu memberi dampak pada anak. Untuk itu, penting bagi orang tua supaya dapat mengelola emosi dan menjadi contoh baik bagi anak.Ketika orang tua mampu mengendalikan emosi dengan baik, maka anak juga akan meniru tentang cara mengelola emosi tanpa harus bersikap kasar atau agresif. 

Mengenalkan adab mengelola emosi dalam agama Islam

Bagi kami orang tua muslim, penting untuk mengajarkan adab dalam keseharian, termasuk adab marah. Rasulullah Nabi Muhammad saja pernah marah, tetapi bisa mengontrolnya. Kita pun dapat meniru perilaku beliau dalam mengelola amarah, seperti diam, berpindah posisi (dari berdiri ke duduk atau dari duduk menjadi berbaring), mengambil air wudhu. Dengan mengenalkan dan memberi contoh, semoga dapat menjadi kebiasaan baik anak. 

Memberikan pengertian pada anak

Usai anak meluapkan kemarahan dan perasaannya telah tenang, orang tua dapat mendekat dan mengajak bicara atau diskusi. Agar perasaan anak bertambah nyaman dan tenang, orang tua tidak cuek saja dengan emosi anak. 

Orang tua perlu memvalidasi perasaan anak, ketika sudah tenang. Ketika anak sudah tenang, kita hanya perlu keluangan waktu untuk mendengarkan hal yang dirasakan dan penyebab emosi negatif anak. 

Orang tua dapat menetapkan batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak saat sedang menyalurkan emosi negatif. Selain itu, setelah emosi negatifnya mereda, sebaiknya beri perhatian positif atau pujian membangun yang tidak berlebihan. Hal itu akan membantu perasaan anak lebih tenang.

Penutup

Anak perlu berlatih untuk mempelajari cara mengelola emosi dalam berbagai situasi. Sesekali orang tua boleh turut andil, tetapi bisa juga memberi kesempatan anak untuk menangani berbagai emosi dan masalah dengan memberikan beberapa pilihan solusi. 

Saat orang tua memberikan beberapa pilihan solusi, hal itu membantu anak mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Sebab, dalam kehidupan pasti akan mengalami situasi yang sulit. Bisa saja ketika dewasa mengalami penolakan saat melamar pekerjaan, anak akan merasakan emosi sesaat dan mampu bertindak bijak, misal dengan mencari tips melamar kerja atau mencari peluang freelance, maupun wirausaha. 

Melatih anak agar mampu mengelola emosi memang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Namun, orang tua perlu memberi kesempatan anak untuk berlatih agar ia memperoleh manfaat dari kemampuan mengelola emosi di masa depan.Bagaimana dengan pengalaman teman-teman? Sharing yuk!

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang memutuskan kembali mengajar sebagai guru komputer sekolah dasar. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

3 komentar

  1. Mengelola emosi pada anak memang perlu dilatih sejak kecil. Sebagai orang tua juga harus sabar dan telaten memberi nadihat pada saat anak sedang marah-marah atau emosi sedang tidak stabil.

    BalasHapus
  2. Yang paling bikin pusing adalah saat melihat anak tantrum di hadapan umum. Ternyata si anak menginnginkan sesuatu namun tidak dibelikan orangtuanya. Ngamuk begini salah satu contoh emosi ya mbak. Memang sedini mungkin ajari anak menjaga emosi agar lebih sabar dan stabil. TFS.

    BalasHapus
  3. Untuk anak-anak Kelas Penulis Cilik di sekolah, aku mengajak mereka read aloud buku cerita tentang mengenal emosi judulnya Ketika Aku Marah, seri lihat reaksi mereka

    BalasHapus

Posting Komentar