Penyakit diabetes sudah tidak asing saya dengar. Salah satu orang tua saya terkena penyakit tersebut sudah lumayan lama. Jadi sedikit tahu tentang lika-liku orang yang lekat dengan penyakit diabetes.
Awalnya, saya sempat mengira bahwa penyakit diabetes akan diderita oleh orang orang yang sudah berumur atau tua. Namun, lambat laun, saya mendengar bahwa orang yang berusia muda, sekitar 20an ke atas sudah terkena penyakit diabetes akut.
Mungkin ada yang mengira bahwa diabetes disebabkan keturunan, sehingga di usia muda pun dapat terkena penyakit tersebut. Nyatanya, itu adalah salah satu sebab saja.
Keterkejutan saya belum berhenti karena adanya informasi bahwa diabetes mulai melanda pada anak kecil dan remaja. Hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kondisi kesehatan anak di zaman kemudahan makanan atau minuman kemasan cepat saji.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak dengan usia belum genap 6 tahun, saya pun cukup waspada dengan penyakit tersebut. Yuk, kita cari tahu bersama tentang diabetes yang mengintai anak tersebut!
Diabetes Melitus secara Umum
Jika kita pernah mendengar nama penyakit kencing manis, itulah diabetes melitus. Suatu gangguan metabolisme yang diakibatkan kadar gula darah meningkat di atas nilai normal yang berlangsung secara kronis. Hal tersebut karena terdapat gangguan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas.
Padahal insulin memiliki fungsi mengatur penggunaan otot, lemak maupun sel-sel lain dalam tubuh. Jika produksi dari insulin berkurang, dapat menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Selain itu, akan terjadi gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. Sehingga munculah penyakit diabetes melitus. Ada dua tipe dari diabetes melitus, antara lain diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes Melitus pada Anak
Jika secara umum, pengertian diabetes melitus (DM) seperti penjelasan di atas. Lalu, bagaimana dengan diabetes melitus pada anak?
Diabetes melitus juga penyakit gangguan metabolik utama anak. Penyakit tersebut bersifat kronis dan berpotensi mengganggu sistem tumbuh kembang anak.
Tipe DM pada Anak
DM ada anak juga terdapat dua tipe, yaitu:
DM tipe 1
DM tipe 1 memiliki jumlah kadar insulin rendah dikarenakan sel beta penkreas mengalami kerusakan. Penyebab utamanya merupakan faktor genetik atau autoimun (riwayat infeksi virus).
DM tipe 2
Penyebab DM tipe ini dikarenakan resistensi insulin, meskipun kadarnya insulin di dalam darah terbilang normal. Anak yang rentan terkena DM 2 ini, kisaran usia di atas 10 tahun atau remaja.
Penyebab DM tipe ini dikarenakan faktor kegemukan, pola atau gaya hidup yang tidak sehat , atau kurang aktif bergerak. Akibatnya, insulin tidak sensitif lagi dan kemampuan mengikat gula menjadi kurang efektif.
Angka DM yang Terjadi pada Anak
Menurut dr. Muhammad Faizi, SpAK (ketua unit kerja koordinasi Endokrinologi IDAI), menyatakan bahwa kasus diabetes melitus pada anak di Indonesia, meningkat secara signifikan pada awal tahun 2023 ini, dengan prevalensi 2 dari 100 ribu jiwa. Kasusnya meningkat 70 kali lipat dibandingkan tahun 2010, dengan tingkat prevalensi berada pada angka 0.028 per 100 ribu jiwa.
Masih menurut dr. Muhammad Faizi, SpAK, jumlah laporan kasus diabetes melitus pada anak, mencapai 1645 jiwa yang berasal dari 13 kota. Persebaran usia pengidap diabetes anak, yaitu usia 0-4 tahun sebesar 19℅, usia 5-9 tahun sebesar 31,05%. Pada kelompok usia 10-14 tahun merupakan yang tertinggi, sebesar 46,23% dan anak usia di atas 14 tahun sejumlah 3%.
Gejala DM pada Anak
Gejala DM tipe 1 dan tipe 2 seringkali mirip dan umumnya sulit dibedakan. Namun menurut IDAI, terkadang saat terkena diabetes akan menimbulkan beberapa gejala sebagai berikut:
- Nafsu makan cenderung meningkat
- Sering buang air kecil dan terkadang mengompol
- Terjadi penurunan berat badan (6 kg dalam 2 bulan)
- Terlihat lelah atau lesu
- Penglihatan kabur
- Muncul luka atau infeksi yang sulit sembuh
- Warna kulit menghitam
- Kulit terasa sering gatal dan kering
- Terasa kebal dan sering kesemutan di kaki
Berbagai gejala tersebut, terkadang tidak timbul dengan jelas sehingga diagnosisnya bisa terlewat. Hal itu dapat menyebabkan kondisi kedaruratan DM, seperti berbagai keluhan berikut:
- Nafas yang sesak
- Nyeri pada perut
- Muntah yang berulang
- Dehidrasi
- Penurunan kesadaran
Sehingga, setiap anggota keluarga perlu waspada dengan adanya gejala tersebut. Apalagi saat sudah menyadari pola hidup yang kurang sehat atau memiliki auto imun.
Perlu segera menanyakan pada tenaga ahli kesehatan atau dokter untuk mendapat penanganan atau saran medis yang tepat. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang seperti tes gula darah dan tes autoantibodi diabetes. Tujuannya untuk menentukan jenis diabetes 1 atau 2 yang diderita anak.
Pencegahan DM pada Anak
Menurut National Institutes of Health (NIH), risiko DM tipe 2 pada anak akan lebih tinggi saat terjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Risikonya juga semakin meningkat, jika di dalam keluarga ada yang memiliki riwayat diabetes atau tidak aktif bergerak secara fisik (olahraga).
InsyaAllah, diabetes melitus pada anak bisa dicegah. Dimulai dengan penerapan pola asuh yang sehat dalam gaya hidup. Sebab, orang tua memiliki peran penting dalam membentuk gaya hidup sehat agar terhindar dari risiko penyakit seperti diabetes melitus. Bisa dimulai sejak pemberian ASI hingga MPASI anak.
Contoh pencegahan diabetes melitus pada anak adalah tidak terlalu sering makan atau minum yang mengandung gula tinggi setiap hari. Sehingga, perlu diganti dengan konsumsi makanan dan minuman yang sehat dalam porsi kecil, mengenalkan adab makan bagi muslim, serta membiasakan membaca label pangan sebelum konsumsi suatu produk. Selain itu, ajak anak untuk rutin bergerak secara fisik dan perlu membatasi penggunaan gadget pada anak.
Penutup
Diabetes dapat mempengaruhi kualitas hidup anak secara jangka panjang. Orang tua perlu melakukan tindakan pencegahan agar diabetes melitus pada anak, tidak terjadi. Yuk, kita biasakan pola hidup sehat dalam keluarga!
Posting Komentar
Posting Komentar