"Bunda, ayo baca buku!"
Salah satu kalimat yang rutin diucapkan anak menjelang tidur. Sungguh jadi terharu dan tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, saat mata ini sudah tinggal 5 Watt, tapi anak bersikeras minta buka dan baca buku. Ujungnya adalah saya terima permintaanya untuk membacakan nyaring. Oke, let's read!
Namun, sebelum akhirnya membacakan buku ke anak, kami buat kesepakatan dulu. Jika di awal tidak saling sepakat, bisa-bisa anak masih merengek minta dibacakan banyak. Di satu sisi, dengan izin Allah, saya bersyukur anak memiliki ketertarikan dengan buku. Walaupun masih belum bisa membaca, tetapi anak sering mempunyai inisiatif untuk membuka buku.
Dari buku yang dibuka tersebut, terkadang anak mengeja hurufnya. Terkadang juga, menyebutkan beberapa kata yang sudah diketahui. Di lain kesempatan, anak membaca buku karena hapal teksnya, saking keseringan dibacakan bukunya sih ini.
Ketika anak merengek, minta dibacakan sebelum tidur, maka saya coba ingat lagi awal mulanya. Saya dan suami yang mulai membiasakan, jadi masa-masa ini ibarat sedang menanam minat membaca anak untuk tumbuh. Jangan sampai bibit keinginan membaca yang baru tumbuh itu, tertebas dengan kemalasan saya untuk membacakannya. Ternyata, konsisten itu bukan hal yang sepele yaa.
Tentang Membacakan Nyaring
Saya mendengar istilah ini, ketika anak usia setahunan. Teman dari komunitas membagikan info tentang pelatihan tersebut secara tatap muka. Rasanya ingin sekali untuk ikut, tapi sayangnya, anak lagi aktif-aktifnya dan suami sedang di negeri seberang. Jadilah, menahan keinginan itu sambil berharap dapat belajar di lain waktu.
Qodarallah, pandemi menghampiri kita dan hampir semua aktivitas dipertemukan secara online. Begitu juga dengan pelatihan membacakan nyaring atau read aloud. Bu Roosie Setiawan selaku narasumber, mendedikasikan waktunya untuk mengadakan serentetan pelatihan secara online.
Alhamdulillah, saya berkesempatan mengikuti pelatihannya secara online. Saya baru mengetahui dan menyadari bahwa hasil studi Programme for International Assessment (PISA) menyatakan tingkat Indonesia di urutan 71 dari 77 negara di dunia, pada tahun 2018. Itulah yang menggerakkan Bu Roosie Setiawan untuk menggalakkan membacakan nyaring atau read aloud sejak dini.
Apalagi, beliau sudah praktik hingga kini memiliki cucu. Beliau menebarkan manfaatnya agar para ibu lebih melek soal literasi. Harapannya muncul generasi yang mempunyai kesadaran terhadap literasi, dimulai dari keluarga.
Ada enam jenis literasi dasar, menurut Kemdikbud sesuai dengan kurikulum merdeka saat ini, antara lain:
- Literasi baca tulis
- Literasi sains
- Literasi digital
- Literasi finansial
- Literasi numerasi
- Literasi budaya dan kewargaan
Membacakan nyaring ini, bukan berarti kita membaca secara teriak dan keras. Membaca dengan suara yang cukup terdengar oleh penyimak. Misal yang mendengarkan satu, suara kita terdengar. Begitu juga, suara juga terdengar jelas saat medengarkan anakanak satu kelas.
Manfaat membacakan nyaring
Ada banyak manfaat dari membacakan nyaring, salah satunya adalah meningkatkan emosi positif dan bonding antara orang tua dengan anak. Saat orang tua membacakan nyaring, pasti harus hadir utuh membaca. Tidak konsentrasi, jadi ambyar. Lupa sampai mana membacanya.
Selain itu, tentu saja untuk meningkatkan minat terhadap buku dan literasi. InsyaAllah, memperkaya kosa kata untuk anak usia dini. Tidak ketinggalan juga, menambah pengetahuan anak.
Sebagai orang tua kita berharap, anak akan suka dengan buku dan gemar membaca. Saat sudah gemar membaca, secara tidak langsung, anak akan memiliki kemauan untuk suka belajar tanpa dipaksa. Harapan banget kan? Orang tua mana sih yang tidak ingin anak punya inisiatif untuk belajar?
Jenis buku membacakan nyaring
Jika kita ingin mengenal jenis buku berdasarkan bahannya, maka jumlahnya ada banyak. Namun, jenis buku berdasarkan fisiknya, ada dua macam. Apa saja dua macam itu?
Buku cetak
Buku yang dapat kita pegang secara fisik karena dicetak. Buku yang sangaat direkomendasikan anak-anak usia dini. Anak menjadi paham cara dan fungsi kegunaan buku. Namun, memang agak rempong jika bepergian membawa buku, apalagi yang boardbook, bahannya tebal dan berat. Salah satu buku yang cocok sejak anak masih bayi.
Buku digital
Buku yang dapat diakses menggunakan gadget, berbentuk softcopy atau biasa disebut dengan istilah electronic book (e-book). Buku digital sangatlah praktis. Misalkan berencana travelling bersama keluarga untuk meet up dengan travel blogger Balikpapan, saya tidak perlu menyelipkan buku-buku di dalam tas.
Saya hanya perlu buka handphone, bisa langsung membacakan untuk anak. Terkadang ada e-book yang dapat dibaca secara offline tanpa mengeluarkan kuota. Namun, buku digital mempunya sisi kekurangan juga. Buku yang tidak disarankan untuk anak usia di bawah dua tahun.
Manakah jenis buku yang akan dipilih untuk dibacakan pada anak? Kita bisa memilih dan menentukan berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Pengalaman Membacakan Nyaring Buku Digital dari Let's Read
Let's Read ibarat perpustakaan digital bukubuku anak. Saya mengenal aplikasi ini, ketika di awal mengikuti pelatihan read aloud. Salah satu aplikasi yang direkomendasikan karena bisa dibaca secara digital atapun cetak. Cetak sendiri untuk dokumen pribadi, karena anak bayi tidak direkomendasikan terpapar layar gadget.
Apalagi setelah karya teman saya, seorang penulis cerita anak, berhasil menerbitkan bukunya di sana berjudul Cepat Kering Bunga Kemboja!. Saya jadi semakin tertarik dengan aplikasinya. Banyak memuat cerita anak yang bertemakan menarik hingga berlatar nusantara. Budaya daerah yang diangkat menjadi cerita anak di Let's Read, setahu saya, ada yang berasal dari Kalimantan Utara dan Sumatera Barat.
Cerita anak berasal dari Kalimantan Utara adalah Enggang yang Istimewa. Cerita yang penulis dan ilustratornya berasal dari sana juga lho. Penulisnya adalah Mbak Pranika Dian Dini. Ilustratornya adalah Matahari Indonesia.
Mbak Pranika ini mengingatkan saya dengan salah satu kawan bloger. Mbak Aisyah Dian yang menjadi penulis Balikpapan. Ada juga seorang kawan di kelas bunda cekatan yang domisili sekitaran Samarinda, dia seorang penulis anak dan praktisi read aloud. MasyaAllah, semoga ada kesempatan menjejakkan kaki ke Pulau Kalimantan untuk bertemu para penulis hebat.
Cerita Enggang yang Istimewa di Let’s Read
Keren banget penyampaian dan penyajian ceritanya. Inspirasi cerita Enggang yang Istimewa ini, berasal dari cerita rakyat dari Kalimantan tentang persahabatan antara burung Enggang dan manusia. Bercerita tentang burung Enggang yang berperan menjaga kelestarian hutan, secara tidak langsung.
Burung Enggang dianggap berjasa dalam kehidupan masyarakat Kalimantan.Sebagai pengingat, burung Enggang menjadi salah satu ikon di Kalimantan. Begitu juga di Kalimantan Utara, menjadi bagian dari lambang provinsi.
Meskipun cerita ini untuk tingkat membaca tahap 4, tapi anak saya yang usia dini tertarik. Melihat ilustrasi, kosakata yang baru dan alur ceritanya. Secara tidak langsung, menambah daya imajinasi dan wawasan baru pada anak.
Memanfaatkan Gadget untuk Membacakan Buku
Anak bayi sekarang, tidak jarang ada yang sudah diberi pegangan gadget. Terkadang gadget memang membawa manfaat, tapi tidak sedikit juga yang membuat anak ketagihan. Tidak bisa lepas gadget dan uring-uringan kalau nontonnya berhenti. Istilah kekiniannya, anak menjadi tantrum.
Kejadian seperti itu sempat dibahas saat pelatihan. Anak dapat diarahkan membuka perpustakaan digital seperti Let’s Read, untuk dibacakan buku. Peran orang tua harus hadir, apalagi jika anak belum bisa membaca. Setidaknya anak terpapar buku meskipun digital.
Anak diperlihatkan berbagai ilustrasi buku yang menarik, alur cerita, tema-tema yang disukai, bahkan berbagai bahasa bisa dipilih di aplikasi tersebut. Hingga anak akan menikmati sajian dari buku digital. Perlahan kita bisa kenalkan jenis buku dalam bentuk lain alias buku cetak yang beragam juga jenis bahannnya.
Kesimpulan
Pernah dengar pepatah Jawa, tresno jalaran saka kulino? Kecintaan bisa disebabkan karena kebiasaan. Saat menginginkan anak memiliki kecintaan dengan buku, kita sebaiknya meluangkan waktu setiap hari 10-15 menit untuk membacakan. Memanfaatkan gadget untuk membacakan nyaring dengan Let's Read, bisa menjadi pilihan. Bagaimana menurut teman-teman?
Membiasakan anak membaca sejak dini memang memberikan banyak manfaat. Tapi ya itu saat kita capek dan anak ingin membaca, kita dituntut untuk menuruti keinginan anak, supaya minat baca tidak hilang.
BalasHapusWow sekarang ada sistem membaca secara nyaring. Metodenya tentu beda dengan membaca biasa yach. Menyenangkan bila membaca nyaring bisa menimbulkan ketagihan anak utk terus membaca.
BalasHapusMembaca tulisan ini saya jadi pengen banget punya anak, kalau punya anak pengen juga mempraktikkan read aloud secara konsisten. Semoga saya bisa.
BalasHapussaya juga punya pengalaman tak terlupakan seputar baca dongeng sebelum tidur. dan mudah2an kebiasaan tersebut dapat terus dipertahankan sampai sekarang apalagi sudah ada aplikasi lets read dengan berbagai rekomendasi cerita yang menarik untuk anak2
BalasHapusBetul mbaak jangan sampai semangat anak pada buku kalah sama rasa malas kita, huhuhu.
BalasHapusWah suamiku juga ikut ToT read aloud nih dan udah certified hehe kalo aku mah tim perame saja hohoho tapi pastinya suka baca untuk diri sendiri dan untuk anak
Membaca dengan bersuara lebih terekam di pikiran kita yaa, membaca apapun bahkan kalau ingin kita paham dgn sebuah ilmu maka lebih baik disuarakan. Dan solusi nih let’s read hadir di tengah kita
BalasHapusmantaapp nih, agar anak2 tak hanya fokus pada game di hp, bisa dimanfaatkan untuk membaca untuk anak-anak.
BalasHapussaya dan anak lumayan sering melakukan kegiatan read aloud ini, Mba. Dan memang banyak manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan positif ini
BalasHapusanakku kadang malah lebih memilih buku digital mbak buat dibacakan ketimbang buku fisik. kadang suka sebal soalnya buku fisik yang saya belikan banyak yang belum dibaca tapi di lain pihak saya juga senang anak-anak mulai tertarik dibacakan buku
BalasHapuswah boleh nih buat jadi pilihan cerita kalau udah bosen sama buku cetak y :) jadi makin banyak pilihan bacaan deh
BalasHapusKebiasaan baik memang perlu dilatih, ya mbak. Bahagia rasanya bisa melihat anak-anak senang dengan buku dan tertarik dengan ceritanya.
BalasHapus