Haloo, apa kabar teman?
Ada yang sedang berjuang membiasakan anak untuk menggunakan toilet? Maksudku, membiasakan anak untuk gunakan toilet saat buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Karena kalau menggunakan toilet untuk mandi, sudah biasa kan? Proses toilet training adalah istilah yang lumayan sering diobrolkan teman-teman member grup komunitas yang ingin anaknya lepas dari popok sekali pakai (pospak).
Wah, membaca chat para member grup, ternyata ada beragam drama saat melakukan toilet training untuk anak. Tapi dari belasan orang yang saling sharing, aku cukup dibuat takjub dengan satu member. Beliau sudah melakukan tatur alias membiasakan sejak bayi baru lahir untuk langsung BAK atau BAB. MasyaAllah, salut, telaten dan komitmen untuk tidak memakai pospak.
Kalau dari penjelasan almarhum Ustadz Harry Santosa dalam workshop Fitrah Based Education di tahun 2020, fitrah bayi itu suka bersih.
Memang, sebetulnya bayi sudah mempunyai alarm untuk BAK dan BAB. Buktinya kalau bayi buang air, pasti menangis kan?
Menangis karena tak nyaman dan risih dengan kotoran. Nah, karena menggunakan pospak, jadilah anak terbiasa aman. Seakan dibuat nyaman dengan kotoran BAK atau BAB. Mengapa? Karena tidak terasa basah dan bau. Jadilah fitrahnya yang risih dengan kotoran menjadi tidak tumbuh. Hiks.
Terus bagaimana dong, anak yang sudah terlanjur menggunakan pospak? Yuk, komitmen mau melepas pospak anak sepenuhnya di usia berapa nih? Enggak mungkin kan, anak terus-terusan memakai pospak? Selain keuangan yang jebol, sampah pospak juga semakin menggunung. Untuk memulai lepas pospak, apa saja yang perlu disiapkan? Aku coba, berbagi pengalaman yaa.
Toilet Training Anak Usia 2 Tahun
MasyaAllah, menjadi ibu itu salah satu sarana untuk terus belajar. Sebelum memulai toilet training, harus belajar untuk mencari tahu dulu. Mencari bacaan referensi dan bertanya pada yang sudah berpengalaman tentang memulai prosesnya. Qodarallah, anak sudah tidak rutin dan berhenti minum ASI (air susu ibu) sebelum usia 2 tahun. Ada baiknya untuk tidak melakukan proses sapih dan toilet training bersamaan. Jadi ketika usia 2 tahun, aku tekadkan untuk memulai proses toilet training. Apakah mulus? Hm, tidak seperti yang dibayangkan.
Secara teori, toilet training memang melepas pospak. Tapi pada kenyataannya, kesiapan orang tua yang jadi penentunya. Aku pernah di puncak semangat tapi juga pernah kendor karena tidak siap mengepel BAK berkali-kali, mencuci celana yang tak sedikit. Apalagi, aku tinggal di rumah orang tua yang sangat memperhatikan kebersihan dari najis.
"Sudah, pakai pospak lagi saja. Najis ini, mengalir kemana-mana," kata Akung.
Perkataan yang cukup membuat semangatku menciut. Kondisi saat itu, sedang LDM (long distance marriage) dengan suami. Kalau mengingat masa itu, rasanya masih ingin menangis karena kurang sabar.
Kadang keceplosan bersuara keras atau tidak sabar untuk memahami perasaannya yang sedang belajar menahan diri dari BAK atau BAB. Apalagi kalau BAK di kasur, otomatis harus ganti baju, celana, sprei, sarung bantal, selimut. Padahal pakaian yang terkena najis, tak boleh dijadikan satu dengan pakaian lainnya di mesin cuci. Jadi harus guyur air sendiri. Lumayan melatih mental kan? Hehe.
Berapa Lama Proses Toilet Training?
Waktu itu, proses toilet training anak selama berbulan-bulan karena memang maju mundur. Belum konsisten, padahal itu adalah salah satu kunci yang membuat anak mempunyai ritme dalam BAK atau BAB. Selain itu, niat tidak kuat karena aku perlu melakukan dengan santai. Hehe. Mungkin, ada faktor lain juga yang menyebabkan lama.
Baca juga: Kemandirian Anak.
Kata teman, akan berbeda anak yang minum susu tambahan seperti susu formula. Mungkin karena sering banyak minum susu, jadi kualitas BAK juga banyak. Anak cenderung sulit menahan seringnya keluar BAK. Tapi kalau dari cerita teman-teman lainnya, prosesnya berbeda-beda ada yang cuma sehari, sepekan, sebulan. Wallahu'alam.
Tips Mempersiapkan Proses Toilet Training Anak
Dari pengalaman itu, aku bisa mengambil pelajaran berharga untuk belajar lagi pada anak berikutnya. Setidaknya ada beberapa catatan yang perlu disiapkan saat akan memulai toilet training. Apa saja?
1. Luruskan niat
Mau memulai toilet training di usia anak berapapun, hal yang utama adalah niat orang tua. Kita ingin menuntaskan toilet training, diniatkan untuk apa. Apa hanya keinginan sesaat? Pesan dari Bu Ani Christina penulis buku Tuntas Motorik dalam sebuah kuliah Whatsapp adalah sebaiknya berniat untuk mengembalikan fitrah anak.
2. Kesiapan Fisik Anak
Ketika ingin memulai toilet training, cek fisik anak, apakah sudah bisa jongkok dengan baik. Kok jongkok? Karena BAK dan BAB lebih baik dalam posisi jongkok. Selain itu, perhatikan juga kemampuan komunikasi anak, apakah sudah mengerti saat berbicara dua arah. Mengapa begitu? Agar anak memahami instruksi yang diberikan saat toilet training.
3. Siapkan toilet yang nyaman
Toilet akan menjadi teman anak saat BAK atau BAB, jadi sebaiknya perlu dipersiapkan. Apa yang perlu disiapkan? Seperti kebersihan atau suasana toilet yang membuat anak betah di dalamnya.
4. Alat penunjang
Ada beberapa hal tambahan yang katanya menunjang proses keberhasilan toilet training. Alat ini disesuaikan dengan keadaan di rumah masing-masing, tidak harus ada. Apa saja alatnya?
a. Training pants atau clodi.
Aku memakaikan anak clodi awalnya agar BAK tidak mengalir kemana-mana. Tapi ada yang menyarankan langsung menggunakan celana dalam agar anak merasakan basah yang banyak dari BAK sendiri.
b. Potty toilet
Aku tidak menggunakan alat tambahan ini, tapi ada teman-teman yang membeli untuk melatih anak mau menggunakan WC.
c. Buku atau tontonan bertema toilet training untuk bahan cerita
Aku membacakan boarbood terbitan Sakeena. Saat ini banyak pilihan buku yang bertema toilet training.
d. Sprei waterproof atau perlak seukuran kasur
Anak masih belajar mengendalikan BAK, sehingga sewaktu menjelang jam bangun kadang kebelet dan kelepasan ngompol. Antisipasi supaya (aku) tidak emosi adalah mengalasi kasur dengan perlak atau menggunakan sprei waterproof.
e. Celana dalam anak dan celana panjang yang banyak
Melatih BAK tapi kadang masih kelepasan, butuh stok celana dalam yang banyak. Selain itu, ada yang menyarankan agar menggunakan celana panjang. Supaya air BAK mengalir lewati celana panjangnya. Bisa terbayang ya. Hehe.
5. Sounding
Jangan lelah saat mengajak atau mengingatkan anak untuk BAK dan BAB di toilet. Jangan bosan untuk menjelaskan proses kebelet itu seperti apa. InsyaAllah, anak mendengarkan dan sedang belajar memahami, meski terkadang wajah atau sikapnya terlihat tidak meyakinkan. Selain itu, sering memberitahu adab-adab di toilet dan cara buang air yang disunnahkan.
6. Hindari ekspektasi tinggi
Ada anak teman yang sehari bisa langsung lulus toilet training. Ada yang beberapa hari, tapi ada juga yang sepekan, sebulan atau malah berbulan-bulan kayak aku. Hehe. Jangan dibuat tegang, rileks saja. Kalau sudah maksimal lakukan 5 tips di atas, InsyaAllah akan berbuah hasil.
7. Apresiasi anak
Siapa sih yang tak suka diapresiasi? Anak juga akan senang diberi pujian saat berhasil BAK atau BAB di toilet. Mengapresiasi dengan baik, benar, to the point dan tak berlebihan. Belajar dari teori Enlightening Parenting bukunya Bu Okina.
8. Support system
Lingkungan yang mendukung juga tidak kalah penting. Karena akan banyak berinteraksi dengan najis. Sebaiknya perlu didiskusikan agar tidak mengurangi kenyamanan anggota keluarga di rumah. Suami yang membantu juga dapat memperlancar proses toilet training, mungkin karena lebih sabar. Hehe.
Kesimpulan
Istiqomah alias konsisten adalah salah satu tips tambahan yang sudah tidak asing untuk dilakukan dalam membiasakan hal apapun. Tips di atas berdasarkan evaluasi pengalaman bersama anak. Bisa manjur atau tidak untuk diterapkan, karena tiap kita berbeda kebutuhan pastinya.
Jangan terpatok pada hasil. Ada banyak hikmah yang bisa kita dapat saat melakukan proses toilet training anak, salah satunya adalah bonding. MasyaAllah. Semangat untuk yang sedang memikirkan jalan ninja agar toilet training sukses!
alhamdulilah dulu kedua anakku sangat mudah dan gaka da drama
BalasHapusTentunya adaaa aja tantangan ketika mengasuh dan mendidik anak, ya.
BalasHapusSeberapapun usia anak, ada aja nih challenge-nya.
Termasuk dlm hal toilet training ini
Makasii tipsnya, Bunda
Setiap anak memiliki masanya juga Kelebihan dan kekurangan. Dengan tipsnya ini semoga kita bisa maksimal dalam mengajarkan toilet training kepada buah hati. Aamiin ...
BalasHapusSaya mengalami Mbak, nggak konsisten TT akhirnya berbulan-bulan baru berhasil. Sekarang lagi progress TT malam, alhamdulillah nggak lama-lama dramanya..
BalasHapusNah, anakku tuh termasuk istimewa. Dari sejak lahir, fitrah kebersihannya rada unik. Waktu new baby born dan masih pakai popok kain, mau sebasah kuyup apapun badannya, dia tetap tidur nyenyak.
BalasHapusAku sendiri baru berhasil TT setelah si anak 3 tahun. Tapi karena anak kedua jadi lebih selow, nggak terlalu terintimidasi sama temen2 yang sejak baby anaknya udah ditatur...
Saya mulai melakukan toilet training setelah anak sudah bisa merangkak dan lebih rutin lagi setelah mereka bisa jalan, jadi lebih mudah kalau mau mengajak ke kamar mandi. Dulu saya kasih jam mbak, setiap satu jam sekali tak tatur, semakin bertambahnya usia lebih dari satu jam. Awalnya terasa berat dan repot memang, bahkan kadang juga kecolongan dah ngompol duluan, tapi lama2 terbiasa juga. Memang dibutuhkan komitemen dalam melatih toilet training ini, benar2 butuh kesabaran dan ketelatenan.
BalasHapusIya perjuangan banget nih toilet training, melatih kesabaran untuk bebersih melulu. Udah lupa nih saking udah lamanya dulu anak-anakku udah bisa minta ke toilet tuh umur berapa yaa.. kayaknya ya 2 atau 3 tahun gitu deh.
BalasHapusSi kakak dulu lumayan cepat lulus toilet trainingnya, padahal yang ngasuh neneknya. Si adik justru lama lulusnya. Tapi menurut saya memang tiap anak berbeda-beda prosesnya.
BalasHapusDulu anakku pakainya clodi dan training pants. Alhamdulillah toilet trainingnya lancar. Yang perlu diingat, misal anak perlu disapih, berarti pilih salah satu dulu, mau disapih dulu atau TT dulu biar anaknya ngga banyak beban, heehehe
BalasHapusJadi inget aku lagi ngikutin selebgram yang lagi nerapin toilet training ke anaknya. Trus baca artikel ini, jadi ilmu banget sih buat aku kalo suatu saat berumah tangga dan punya anak.
BalasHapusWah ini... Anak-anak saya udah besar, tapi tulisan ini jadi mengingatkan masa-masa perjuangan toilet training.
BalasHapusSaya mulai ngajarkan anak untuk toilet training menjelang mereka berumur 2 tahun. Sebelum menyapih. Pokoknya, setelah anak memahami bahasa perintah, saya mulai ajarkan ini. Anak pertama butuh waktu 2 minggu, sedangkan anak kedua sampai 2 bulan. Hihi...
Harus sabaaarrr dan sabaaarrrrr...
Ah iya, masa masa toilte training itu selain mendebarkan juga lumayan menguras emosi dan tenaga ya mbak
BalasHapustapi senang jika sudah berhasil melewatinya
Dramaku waktu toilet training tuh yaa.. Anaknya sudah bisa, lalu aku hamil dan ada anggota keluarga baru lagi di rumah. Jadi kakak serasa kembali mundur dengan TT nya.
BalasHapusSeih banget waktu itu.
Kudu ngobrol banyak dengan kakak dan di saat yang bersamaan ada adiknya yang bayi.
Nano-nano menjadi Ibu.
MashaAllah, nikmatnya.
I feel you mbak... waktu toilet training si tengah, saya juga mengalami banyak drama. Ditambah waktu itu harus mengasuh bayi juga, kadang enggak terasa jadi stres sendiri. Salahnya saya, dulu membandingkan si tengah dengan kakaknya yang jauh lebih mudah saat toilet training, tapi pada akhirnya, saya coba terima dan jalani prosesnya sih. Pada akhirnya, si tengah bisa juga lulus toilet training. Anak berproses dengan waktunya sendiri, tugas saya sebagai ortu ikhtiar saja sebisanya. :)
BalasHapusnice sharing mba. tipsnya bs d pake nih klu pinya anak nnt
BalasHapusSangat bermanfaat sekali, Mbak. Mengajarkan anak sejak dini agar bisa mandiri
BalasHapusToilet training memang berjuta cerita dan rasanya ya, Mbak. Kalau saya dulu nggak langsung lepas pospak. Tapi secara teratur ngajak anak BAK dan BAB di kamar mandi, misalnya saat bangun tidur, setelah makan dan minum, sebelum tidur siang, sebelum tidur malam, dll. Sampai dia terbiasa dan tahu cara bilang pengen pipis baru lepas perlahan.
BalasHapusBetul banget konsistensi adalah kunci. Sekarang masih struggle toilet training bagian BAB hehe.
BalasHapusToilet training, banyak banget suka duka saat mengajari hal ini kepada anak. Terkadang anakpun gak sadar tau-tau udah beser sebelum sampai ke toilet.
BalasHapusBanyak harunya.