Pasti seru dan menyenangkan lihat anak-anak bermain bersama dengan teman sebaya. Aktif bergerak kesana kemari, itu tandanya anak sedang sehat kan? Eh, tapi pandemi gelombang kedua ini, sepertinya masih rawan untuk kumpul bermain. Pernah bingung cari ide bermain di rumah, supaya tak berujung interaksi dengan gawai dalam waktu lama? Samaan dong.
Eh, tapi apa anak enggak boleh interaksi dengan gawai? Boleh saja, asalkan kita sebagai orang tua atau pendamping anak, sudah tahu batasan screen time. Apa itu screen time? Menurut IDAI, screen time adalah waktu yang digunakan untuk menggunakan komputer/laptop, menonton televisi, gawai atau bermain games.
Untuk anak di atas 2 tahun, sebaiknya screen time tidak lebih dari 1 jam. Sedangkan anak usia 1 tahun, tidak direkomendasikan screen time sama sekali lho, kecuali video call. Haduh, sepertinya dulu anak pernah terpapar layar datar.
Manfaat Bermain bagi Anak
Sebetulnya mengapa anak dibatasi screen time dan dibebaskan untuk bermain dengan bergerak?
Di buku Pendidikan Anak dalam Islam dijelaskan manfaatnya bahwa anak-anak memiliki daya responsif lebih besar dibandingkan saat dewasa, selain itu kebutuhan bermain saat anak masih lebih banyak daripada setelah dewasa.
Dalam buku digital berjudul Psikologi Bermain karya seorang psikolog bernama Dewi Retno Suminar, dijelaskan manfaat bermain adalah sebagai berikut:
1. Bermanfaat untuk perkembangan kognitif
Misal seperti anak mampu mengeksplorasi lingkungan, perbendaharaan katanya meningkat dan semakin paham konsep ruang, bentuk serta waktu.
2. Membantu perkembangan emosi anak
Semisal saat anak bermain, akan mengekspresikan perannya. Bisa juga saat terjadi "konflik" dengan teman, anak akan belajar emosi.
3. Mempengaruhi perkembangan psikomotor anak
Anak akan terampil dalam psikomotor halus maupun kasar. Dua tahun pertama adalah dasar pijakan perkembangan motorik anak.
4. Bermain juga dapat menyegarkan pikiran
Manfaat itu bisa dirasakan bagi orang dewasa, tidak hanya anak-anak. Orang dewasa mana yang tidak suka bermain untuk refreshing?
MasyaAllah begitu banyak manfaat bermain, sayang jika anak melewatkan masa istimewa untuk perkembangannya di usia dewasa. Banyak sarana dan media dalam mencari ide bermain di rumah. Salah satunya adalah permainan tradisional.
Siapa yang sudah tak asing bermain permainan tradisional di zamannya dulu? Hah, dulu! Kok kayak jadul banget ya. Hehe. Kira-kira kelahiran 90an awal masih sering main kan? Kita satu generasi berarti. Tapi kalau ada yang sudah lupa atau masih asing, yuk kita cari tahu bersama!
Baca juga: Inspirasi Quran based Play.
Berkenalan dengan Permainan Tradisional
Indonesia memiliki banyak potensi dan keanekaragaman dari Sabang sampai Merauke. Beragam kuliner, adat, bahasa hingga permainan. Permainan tradisional berkaitan dengan budaya daerah. Permainan tradisional bukan sekadar bermain biasa tapi memungkinkan anak-anak untuk berimajinasi, berpikir cepat dan berkreasi alat permainan dengan bahan di sekitar yang mudah didapatkan. Seru ya, mengasah kreativitas anak.
Ada 3 karakteristik dari permainan tradisional lho. Dijelaskan detail dalam buku digital berjudul Bermain Asyik Permainan Tradisional karya Eka Rahmawati. Apa saja itu?
1. Cenderung memanfaatkan alat atau bahan di lingkungan sekitar.
Tak perlu membeli bermacam bahan, kalau ingin bermain permainan tradisional. Hm, mengasah ide bermain di rumah dengan imajinasi dan kreativitas ya? Misal tuas daun dari pohon pisang, bisa jadi pistol-pistolan.
2. Melibatkan pemain dengan jumlah relatif banyak.
Istilah populernya, enggak ada loe, enggak rame. Tentu tujuannya untuk melatih kemampuan interaksi antar pemain. Kalau bermain dengan anggota keluarga di rumah, pasti semakin mengeratkan bonding. Tidak ada tuh yang asyik bermain sendiri dengan gawai.
3. Memiliki nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu.
Pernah dengar tembang dolanan atau lagu permainan berikut?
Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketudung gudhel
....
Itu ternyata bukan sekadar lagu. Selain sebagai permainan yang seru, bisa jadi bahan diskusi atau cerita tentang makna serta pesan lagu tersebut.
Salah satu ada yang posisi meringkuk, beberapa lainnya menengadahkan tangan di atas punggung yang meringkuk. Tapi sebelum menentukan siapa yang meringkuk, biasanya hompimpa dulu. Lalu ada yang tangannya bergerak memindahkan kerikil dari satu tangan ke tangan lain, sambil mengikuti lagu. Berakhir dengan menebak kerikil di tangan siapa. Biasanya setelah itu, bergantian atau melanjutkan dengan permainan lainnya.
Ide Bermain di Rumah dari Permainan Tradisional
MasyaAllah, betapa murah meriahnya eksekusi ide permainan tradisional. Tapi, apa saja jenis permainan tradisional, selain cublek suweng? Banyak dong. Pasti enggak cukup deh, kalau sekali tulis di postingan blog. Di Ipusnas saja, ada beberapa e-book dengan judul permainan tradisional dari beberapa wilayah di Indonesia. Hehe
Aku ambil sedikit contoh dari macam permainannya dari buku cerita anak Cerita Seru Permainan Tradisional yang diterbitkan oleh Wonderland Publisher. Ada beberapa permainan dari berbagai wilayah Indonesia yang bisa menambah ide bermain anak, seperti berikut ini:
1. Pecah Piring
Istilah permainan tradisional yang berasal dari Sumatera Utara. Bermainnya bisa menggunakan kaleng bekas, pecahan piring, tempurung atau lempengan kayu yang disusun agak tinggi. Selain itu menggunakan bola untuk dilemparkan ke arah tumpukan itu dari batas garis yang sudah ditentukan.
Bola yang digunakan bisa seperti bola kasti, tenis atau plastik yang digulung-gulung dan diikat seperti bola. Permainan pecah piring ini biasa dimainkan oleh 4 orang atau lebih.
2. Patok Lele
Istilah permainan tradisional yang berasal dari Sumatra Barat. Permainan ini juga banyak dimainkan di berbagai daerah Indonesia. Penyebutannya juga berbeda-beda, misal gathrik di Jawa Tengah, kayu doi di NTT dan lainnya. Cara bermainnya menggunakan 2 buah batang kayu sebagai induk dan anak patok lele.
Anak patok lele yang berukuran 15 centimeter diletakkan lubang dan dipukul ke arah lawan. Jika berhasil ditangkap, maka akan bergantian. Namun jika tak berhasil menangkap, anak patok lele dilemparkan ke induknya yang diletakkan di lubang. Jika meleset, lawan dapat poin dan masih tetap memukul seperti di awal. Permainan ini dimainkan 4 orang atau lebih.
3. Bentengan
Permainan dengan istilah ini, berasal dari Jawa Barat dan mempunyai banyak sebutan di daerah lainnya. Bentengan dimainkan oleh 2 grup. Tiap grup terdiri dari 3 atau 4 orang. Masing-masing grup mempunyai tempat sebagai markas dan benteng dalam bentuk tiang, batu atau pilar.
Menyerang dan ambil alih benteng adalah tujuan utama permainan ini, sambil meneriakan kata benteng. Bisa juga dengan menawan seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuhnya. Dengan begitu, lawan akan kewalahan diserang.
4. Jamuran
Permainan tradisional yang berasal dari daerah Yogyakarta dengan pemain berjumlah 4 orang atau lebih. Permainannya tidak membutuhkan alat, hanya tanah lapang luas. Salah satu menjadi pancer yang lain membentuk mengelilingi, membentuk lingkaran sambil bernyanyi.
Jamuran ya gégé thok
Jamur apa ya gégé thok
Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung
Sira mbadhé jamur apa
Usai bernyanyi, pemain yang menjadi pancer menyebutkan jenis jamur sesukanya. Pemain lain yang melingkari harus menirukan sesuai perintah. Jika tidak berhasil menirukan, maka akan bergantian menjadi pancer.
5. Engklek
Permainan tradisional ini sering disebut di Jawa dan mempunyai istilah beragam di daerah lainnya. Permainan lompat-lompatan pada bidang datar. Biasanya dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Jumlah kotak engklek dan bentuknya bermacam-macam, disesuaikan dengan kesepakatan. Pemain pertama setelah melakukan suit atau hompimpa.
Setiap anak mempunyai gacuk yang bisa berupa pecahan genting, batu pipih, tutup botol atau lainnya. Gacuk dilemparkan ke kotak dan kotak tersebut harus dilewati saat lompat (tidak boleh terinjak). Jika terinjak atau terjatuh, maka bergantian dengan pemain lainnya.
Anakku juga suka diajak main engklek nih. Meski main seenaknya karena masih 4 tahun. Tapi agak paham cara mainnya.
6. Lompat Tali
Permainan tradisional yang menggunakan rangkaian karet untuk dibuat menjadi tali panjang. Di daerah Riau, permainan ini disebut tali merdeka. Permainan ini bisa dilakukan sendirian atau beramai-ramai, minimal 3 orang.
Jika beramai-ramai, maka terlebih dulu melakukan hompimpa untuk menentukan pemain pertama yang melewati tali karet. Biasanya peraturan permainan ini adalah pemain melompati tali karet berdasarkan tingkatan. Kalau tidak berhasil melompati, maka akan kalah dan bergantian tugas untuk memegang karet.
Anak bermain lompat tali juga pernah, meski salah. Hehe. Tapi enggak apa, sekalian mengenalkan permainan tradisional.
7. Rangku Alu
Rangku mempunyai makna menghentak-hentakan dua benda, alu adalah alat tumbuk hasil panen yang terbuat dari kayu. Permainan ini dijadikan tarian khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur, selain itu memiliki nama lain di Maluku dan Bali. Dulu, permainan ini dilakukan saat musim panen.
Permainan ini membutuhkan 5 orang atau lebih. Empat orang masing-masing memegang dua ujung bambu atau tongkat kayu dengan duduk. Kemudian menghentakan bambu untuk digerakkan menjauh dan merapat seirama. Pemain yang berdiri akan melihat bidang persegi dari empat bambu tersebut, seolah membesar lalu mengecil. Pemain yang berdiri harus berhasil melewati bambu yang bergerak.
Buku Cerita Seru Permainan Tradisional
Tujuh ide di atas, hanyalah sedikit dari 49 macam permainan yang tertulis dalam buku Cerita Seru Permainan Tradisional. Buku antologiku yang bergenre fiksi cerita anak, terbit di bulan Juli 2021. Buku yang lumayan menantang saat berimajinasi dan menuliskannya.
Spesifikasi buku:
- Jumlah halaman: 190 halaman
- Ukuran buku: 21 x 27 cm
- Penulis: Candra Lim, April Fatmasari dkk
- Mentor: Wulan Mulya Pratiwi
- Penyunting: Candra Lim
- Desain cover: Wonderland Publisher
- Penata letak: Wonderland Publisher
- ISBN: 978-623-6274-19-4
Buku antologi cerita anak itu, bisa menjadi inspirasi ide bermain di rumah. Tidak hanya bermain, tapi juga bisa menanamkan cinta pada kekayaan budaya Indonesia melalui membaca. Eh, bukan cuma permainan di Indonesia, tapi ada juga beberapa permainan dari negara lain lho.
Buku Cerita Seru Permainan Tradisional dilengkapi dengan fakta unik permainan tradisional. Serunya lagi, buku ini terdapat lembar aktivitas mewarnai. MasyaAllah, 1 buku bisa dapat untung banyak nih. Teman-teman yang berminat, bisa langsung hubungi lewat email yaa.
Nah, teman-teman punya ide apa, untuk aktivitas main anak di rumah? Sharing, yuk!
wow ada buku mengenai "Permainan Tradisional", dengan penulisnya APril bersama Candra Lim. Perlu dibeli bagi mereka yang masih punya anak-anak agar bisa melestarikan permainan tradisional, bukan sekedar main gadget saja. Bravo, selamat atas peluncuran buku ini.
BalasHapusAda bukunya ya permainan tradisional ini. Aku butuh deh karena memang mau mengenalkan anak dengan permainan tradisional :)
BalasHapusDi antara 7 permainan di atas yang aku tahu hanya lompat tali, bentengan dan engklek hehe duh minim banget ilmu permainan tradisionalku
BalasHapusTernyataaaa banyak sekali permainan tradisional yang belum aku kenal. Sejauh ini cuma pernah mainan Engklek, Lompat Tali, dan Bentengan.
BalasHapusJadi penasaran sama bukunya.
Kangen banget sama permainan tradisional. Jarang banget nih yang main permainan gini zaman sekarang, sudah banyak yang tergantikan gadget
BalasHapuswah semua pernah saya coba, kecuali nomor 1 dan 7
BalasHapusBandung Creative City Forum pernah menggelar permainan tradisional di taman Lansia dan sangat menarik. Andai masih kecil, saya pasti ikutan :D
Aaaahh, itu semua permainan tradisional aku semasa kecil. Emang Seruuu, aplagi cublak2 suweng diajarin mbahkuu yg totok jd mainan sehari-hari.
BalasHapusSemoga anak2 dikenalkan dengan permainan tradisional.
Aku jadi berasa nostalgia mbak, banyak permainan tradisional yang kini mulai dilupakan. Kayaknya perlu deh ngenalin lagi permainan ini sama anakku. Biar dia jadi lebih aktif juga :)
BalasHapusWah list permainan di atas sudah pernah dicoba waktu kecil dulu meski ada yang namanya beda. Hmm kalau anak-anak di komplek ini biasanya main petak umpet Mbak di sela-sela aktivitas daring mereka biar tidak bosan
BalasHapusKomplit sekali list permainan tradisionalnya. Hampir semuanya saya pernah mainkan waktu kecil dulu . Semoga tetap lestari di Masa Pergadgetan seperti sekarang
BalasHapusWah sepertinya harus punya bukunya nih agar bisa mengajarkan permainan tradisional kepada anak-anak Kita ya kak, sudah banyak lupa permainannya sih
BalasHapuswaktu kecil juga main bentengan. Jadi inget mau ngajarin anak juga main ini di rumah pasti seru.
BalasHapuswah keren kaka bisa jadi buku :) kadang sedih juga ya kalau liat anak-anak apalagi di daerah perkotaan yang tinggal di komplek gitu, kayanya kurang seru permainan mereka sekarang, karena banyak main gadget hehe..
BalasHapusPerlu dilestarikan nih permainan tradisional anak-anak. Manfaatnya banyak, terutama untuk anak bersosialisasi, berpikir strategis, dan mengasah sikap fair. Kalah-menang itu biasa.
BalasHapusSayang yah, anak-anak sekarang kurang familier dng permainan tradisional...
Lompat tali, permainan favoritku waktu kecil tuh. Perlu banget ya mak kita memperkenalkan kembali permainan-permainan tradisional pada anak-anak generasi milenial sekarang. Mereka semakin berjarak dengan permainan legend itu sejak kehadiran gadget. Semoga kehadiran buku ini kembali mendekatkan anak-anak dengan asyiknya permainan tradisional!
BalasHapusAnak jaman now kayaknya banyak yang ngga tau ya sama aneka permainan tradisional ini. Taunya main gadget hehehe. Buku spt ini bagus banget untuk memberikan wawasan buat mereka.
BalasHapus