Rasakan 5 Kebaikan Menulis bagi Seorang Ibu

Halo, assalamualaikum, teman!

Tingkah anak yang luar biasa, pekerjaan rumah seakan tak pernah habis, dan masih ada tanggung jawab lain di ruang publik yang harus diselesaikan. Begitu kompleks pekerjaan yang diemban saat menyandang status sebagai seorang ibu. Terlebih lagi di saat pandemi seperti ini, membuat harus beradaptasi dengan kondisi yang belum dapat diprediksikan. Sebagai seorang ibu, tentu ada rasa lelah dan berusaha mencari cara yang dapat membuat lega perasaan.

kebaikan menulis bagi ibu

Biasanya lakukan apa saja untuk meluapkan perasaan itu? Mencuci? Nonton? Jalan-jalan? Mengomel? Eh. Atau biasa melakukan alternatif kegiatan lain seperti menulis? Menulis apa bisa melegakan perasaan? Bisaa banget.

Mengenal tentang Menulis

Yuk, kita kenalan dulu dengan menulis! Arti menulis dalam KBBI adalah membuat huruf, angka dan sebagainya dengan pena atau sejenisnya. Serius, sesederhana itu? Iyaa, anak usia dini kan juga masih belajar menulis. Membuat huruf, angka yang seperti itu. Hehe.

Tapi menulis juga bisa mempunyai arti sebagai aktivitas melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Nah, berarti bisa ya, menulis itu melegakan perasaan yang berkecamuk dalam pikiran dan hati.

Baca juga: Cara Mengikat Ilmu.

Waktu untuk Menulis

Tak ada patokan khusus dalam menentukan waktu untuk menulis. Bisa menulis di sela-sela waktu kesibukan. Bisa juga meluangkan waktu untuk menulis di dini hari, menjelang pagi, siang atau malam. Senyamannya teman-teman yang mana yaa. Tapi menurut para penulis senior, kita yang harus meluangkan waktu untuk menulis. Ini PR buat penulis pemula macam aku. Kalau teman-teman lebih suka menulis di waktu kapan?

Manfaat Kebaikan Menulis

Kenapa sih kita menulis? Bukankah menulis itu kegiatan sehari-hari yang biasa saja dilakukan? Nah, mari kita coba mengenal 5 kebaikan menulis bagi seorang ibu, antara lain:

1. Kebutuhan mengeluarkan ribuan kata

Penelitian dari University of Maryland School of Medicine menjelaskan bahwa perempuan mempunyai FOXP2 lebih banyak daripada laki-laki. FOXP2 adalah nama protein dalam otak yang mengetahui seberapa banyak seseorang berbicara. Ditemukan bahwa perempuan berbicara tiga kali lebih banyak dari laki-laki, kurang lebih sebanyak 20.000 kata per hari. Teman, sudahkah menyalurkan puluhan ribu kata dengan cara yang tepat? Ataukah meluapkan begitu saja pada pasangan dan anak? Tahukah jika menulis dapat menjadi tempat mengungkapkan kebutuhan verbal seorang ibu?

2. Media terapi 

Menulis dapat menyalurkan emosi dan perasaan yang ada. Menurut Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog, menulis sebagai media terapi, bukan hanya sekadar menumpahkan rasa dan perasaan. Saat kita berusaha mengenali sumber permasalahan melalui tulisan, maka menulis bisa menjadi media terapi. Mengapa? Karena memberi insight perubahan pada diri. Pasti banyak hal menarik saat menjalani peran sebagai istri, ibu atau menantu. Menulis bisa menjadi salah satu jalan self care saat menjalani peran itu. 

3. Sarana evaluasi

Aku pernah membaca buku Heal Yourself: Untukmu yang Pernah Terluka karya Novie Ocktaviane Mufti dan tertarik dengan sub bab berjudul Letters that Heal: surat yang tak pernah sampai. Menulis untuk mengatakan yang ingin dikatakan, memaafkan, memberi tahu sudut pandang yang terpendam. Bisa juga untuk mendeklarasikan bahwa hal itu sudah terjadi, kita tetap baik-baik saja dan akan melakukan hal yang membuat diri ini benar-benar keadaan baik. Sebaiknya dilakukan saat kondisi diri tenang. Lalu setelah itu? Boleh diamankan, dibakar, ataupun dibuang? Cukup melegakan kan?


4. Merekam jejak perjalanan hidup

Sudah tak asing lagi, kalau tulisan-tulisan yang tersimpan akan menyimpan banyak kenangan perjalanan hidup. Misalnya kita sebagai ibu menuliskan perkembangan stimulasi anak. Simpanan catatan itu akan menjadi salah satu jurnal perjalanan hidup anak. Atau saat kita menuliskan perjalanan sebagai ibu dalam sebuah buku atau diary, tentu ada perasaan berbeda saat kita membacanya beberapa tahun ke depan.

5. Menambah pengetahuan

Menulis menambah pengetahuan itu gimana? Saat kita sudah menjadikan menulis sebagai salah satu aktivitas atau pekerjaan, pasti butuh referensi dengan membaca. Membaca bukan hanya teks saja, tapi juga membaca peristiwa, jalan cerita suatu film, atau membaca perasaan (?). Saat membaca, pasti ada pengetahuan baru atau refresh ilmu yang dulu pernah didapat. 

Lima kebaikan menulis itu hanya sedikit dari manfaat yang didapat. Apa manfaat lainnya? InsyaAllah masih banyak yaa, mulai dari menambah pertemanan sampai penghasilan. MasyaAllah yaa. Semoga kita bisa merasakan kebaikan dari menulis. 

Kalau teman-teman, sudah merasakan kebaikan menulis apa saja nih saat menjadi ibu atau calon ibu?

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang memutuskan kembali mengajar sebagai guru komputer sekolah dasar. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

11 komentar

  1. Balasan
    1. Semoga bermanfaat. Terima kasih surah menyempatkan membaca :)

      Hapus
  2. Alhamdulillah, saya sudah menikmati semua manfaat menulis yang mba April tulis.

    Sekalipun saya bukan penulis handal dengan menerbitkan banyak buku dan best seller atau penulis di blog yang rajin.
    Setidaknya saya menemukan kenikmatan tersendiri manakala saya sedang menulis.

    BalasHapus
  3. Menulis juga bisa menjadi kenangan bagi anak cucu kelak. Memang dengan menulis kita jadi lebih terbuka wawasannya ya mbak. Meskipun tidak bekerja di luar, dengan menulis pertemanan kita juga semakin luas, jadi banyak pengalaman yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Saya merasakan sekali manfaat menulis ini, meskipun masih terus belajar agar lebih baik dari hari ke hari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul Mbak, jadi kenangan anak cucu. Apalagi kalau yang ditulis cerita-cerita anak juga bisa dinikmati semua kalangan.

      Semoga kita jadi pembelajar yang lebih baik :)

      Hapus
  4. Betul banget, dan saya sudah rasakan sendiri manfaat dari kegiatan menulis ini. Makasih sudah berbagi, mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak. Terima kasih sudah menyempatkan membaca :)

      Hapus
  5. Bener banget, saya sudah merasakan manfaat menulis, meskipun saya belum menghasilkan buku solo. Hehehehe. Tapi sungguh, menulis memang banyak manfaatnya

    BalasHapus
  6. Gimana caranya ya biar konsisten menulis. Menulis tangan, bukan mengetik. Kebanyak ngetik jadinya tulisan jelek. Kalau nukis tangan itu rasanya emosinya lebih keluar. Kalau di blog kadang-kadang banyak yang tidak bisa diceritakan.

    BalasHapus
  7. Setuju banget kalau menulis adalah salah satu ikhtiar untuk terapi. Rasanya ada yang kurang memang kalau belum menulis. Saya sebelum diketik di laptop, sering menulis tangan bikin outlinenya. Malah lebih cepet ya, bisa langsung eksekusi dan lebih bebas...

    BalasHapus

Posting Komentar