Ada yang pernah dengar dan tahu tentang kusta? Itu adalah salah satu penyakit kulit. Aku pernah mendengar, tapi hanya sekilas. Tak terlalu paham tentang penyakit itu. Aku sempat menanyakan kepada Bapak tentang penyakit kusta, kata beliau itu adalah semacam penyakit kulit. Jika sudah parah, penyakit kusta bisa merusak fisik hingga cacat.
Wah, aku jadi tambah penasaran. Bagaimana aku harus ikhtiar menjaga kesehatan fisik agar tak terkena sakit. Selain itu, tentu aku harus mengambil sikap tepat sebagai seorang istri dan ibu dalam mencegah penyakit kusta pada keluarga.
Aku tak terlalu mendengar berita dan kasus tentang penyakit kusta. Mungkin juga tertutup dengan adanya pemberitaan kasus penyakit lainnya. Saat pandemi ini, tentunya Covid-19 menjadi salah satu fokus utama tenaga kesehatan dan pihak lain. Padahal, menurut WHO, total kasus penyakit kusta di Indonesia ini menduduki peringkat ketiga dari negara seluruh dunia. Aku cukup terkejut, saat mendengar talkshow ruang publik KBR pada tanggal 31 Mei 2021. Talkshow yang membahas tentang Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di tengah Pandemi bersama Komarudin, S.Sos, M.Kes dan DR. Rohman Budijanto, SH, MH.
Mengenal Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang jaringan kulit, tepian saraf dan saluran pernapasan. Kusta juga dikenal dengan sebutan penyakit Hansen. Penyakit ini dikarenakan bakteri Mycobacterium leprae. Menurut Wasor Kusta Kabupaten Bone, Komarudin, S.Sos, M.Kes, penyakit kusta bisa terjadi pada daerah atau masyarakat yang higienitasnya kurang. Penyakit tersebut juga bisa menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin. Sekilas seperti Covid-19 ya?
Ciri-ciri terkena penyakit kusta
Meski sekilas seperti Covid-19 tapi tentu gejalanya berbeda. Kusta dapat menular saat seseorang terkena droplet dari penderita kusta yang belum terobati, secara terus menerus dan berlangsung lama. Bakteri tersebut, tidak dapat menularkan dengan mudah pada orang lain. Seseorang tidak mudah terkena kusta dikarenakan sekali bersalaman atau duduk bersebelahan. Bahkan seorang ibu hamil yang mengalami penyakit kusta, InsyaAllah tidak menularkan ke janinnya. Penularan penyakit kusta akan terjadi jika terlambat berobat dan kekebalan tubuhnya menurun.
Gejala penyakit kusta
Supaya meningkatkan kewaspadaan dan mencegah penyakit kusta terjadi pada keluarga, kita cari tahu dulu ciri-ciri penyakit tersebut. Seperti apa gejala yang dialami seseorang saat terkena penyakit kusta?
1. Munculnya bercak atau lesi berwarna terang pada kulit.
2. Mengalami mati rasa di kulit.
3. Otot melemah, terutama terjadi pada kaki dan tangan.
4. Timbul luka tapi tidak terasa sakit.
5. Pembesaran saraf, biasanya terjadi pada siku dan lutut.
Jika mengalami salah satu gejala tersebut, ada baiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosa yang tepat.
Baca juga: Langkah Menjaga Kesehatan
Geliat pemberantasan kusta di Kabupaten Bone
Selama pandemi ini, kasus kusta mengalam penurunan sekitar 28% di sana. Penurunan bukan karena kasusnya berkurang tapi berkurangnya intensitas aktivitas petugas kesehatan atau kader untuk langsung memantau dan sosialisasi ke masyarakat. Apa penyebabnya? Adanya pembatasan fisik atau pengumpulan masa selama pandemi Covid-19. Di Kabupaten Bone, bukan hanya petugas kesehatan saja yang memberantas kusta. Para kader (penderita kusta yang sudah sembuh atau tidak mengalami kelainan) juga dilibatkan. Mereka akan memberikan testimoni atau sosialisasi merawat kesehatan. MasyaAllah, tujuannya apa? Supaya semangat hidup, kebersamaannya tumbuh dan merasa dirinya berdaya.
Mencegah penyakit kusta terjadi pada keluarga
Usaha menjaga kesehatan keluarga tidak hanya menjadi perhatian seorang istri atau ibu. Sebaiknya, setiap orang dewasa di dalam keluarga menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Seperti mencegah penyakit kusta menghampiri salah satu anggota keluarga karena belum ada vaksinasinya. Tindakan apa yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit kusta?
1. Menjaga stamina tubuh
Stamina perlu dijaga untuk mencegah tertularnya beragam penyakit termasuk kusta. Menjaga dan meningkatkan stamina tubuh bisa dimulai dari pola hidup sehat seperti makan teratur dengan porsi seimbang, olahraga, istirahat cukup, bisa juga ditambah suplemen. Hal tersebut tidak hanya bermanfaat saat itu saja, tapi investasi kesehatan jangka panjang.
2. Memperhatikan ventilasi tempat tinggal
Sebaiknya memastikan sirkulasi udara bagus dan sinar matahari masuk ke rumah. Kuman kusta atau lepra bisa bertahan di udara luar selama 24-48 jam atau lebih. Jika terkena panas udara yang semakin panas, kuman akan mati.
3. Hindari bepergian ke daerah endemik kusta
Penyakit kusta akan lebih cepat menularkan jika kontak langsung secara lama dan terus menerus. Ada baiknya menghindari terlebih dulu ke daerah endemik kusta jika tidak terlalu berkepentingan.
4. Memakai masker
Jika harus kontak dengan penderita kusta, sebaiknya gunakan masker. Selain itu tetap menjaga kebersihan diri agar tidak mudah tertular penyakit kusta.
5. Mengingatkan keluarga yang terkena kusta untuk minum obat
Jika sudah didiagnosa terkena kusta, sebaiknya berobat ke Puskesmas hingga tuntas (6-12 bulan). Tujuannya agar tidak menularkan penyakit kusta pada yang lain.
Pembangunan Inklusif Disabilitas
Dalam talkshow yang lalu, direktur eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi-JPIP, DR. Rohman Budijanto, SH, MH menjelaskan bahwa Jawa Pos tidak membedakan atau diskriminasi saat rekrutmen tenaga kerja secara fisik. Hal utama yang diperhatikan oleh Jawa Pos adalah kompetensi dan kemampuan para tenaga kerja meskipun kondisi fisiknya terbatas. Meski begitu, Jawa Pos belum pernah menemui Orang yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) saat proses rekrutmen. Jawa Pos juga mendukung pentingnya mendidik OYPMK atau disabilitas lain untuk memiliki ketrampilan era digital seperti saat ini.
Penyakit kusta memang masih ada di Indonesia, namun bukan untuk dikucilkan atau malah menjadikannya aib. Kusta harus diberantas dan dicegah. Bisa dimulai dari menjaga kesehatan untuk mencegah penyakit kusta terjadi pada keluarga. Tulisan ini, semoga menjadi salah satu sarana edukasi untuk menghilangkan stigma negatif tentang penyakit kusta. Teman-teman punya cerita sendiri tentang penyakit kusta?
Posting Komentar
Posting Komentar