Rasanya sudah tak terhitung lagi, berapa orang yang menanyakan tentang sekolah Hizbi. Bukan cuma tanya ke aku, tapi juga tanya langsung ke Hizbi. Anak usia segitu ditanya tentang sekolah, jawabannya sesuka hatinya, bisa di sekolah A, B, C, dst. Alhamdulillah yaa, begitu banyak orang perhatian dengan sekolah untuk usia dini seperti Hizbi. Hehe
Hizbi, sudah sekolah belum?
Mau sekolah dimana?
Apriil, Hizbi apa sudah mau masuk sekolah?
Dan sebagainya.
Umurnya yang 4 tahun, kalau kata orang-orang waktunya sekolah tingkat playgroup. Hmm, apa begitu? Aslinya belum membayangkan kalau Hizbi mau sekolah di usia segini. Sempat galau sih karena pertimbangan satu dan lain hal ingin memasukkan ke sekolah. Tapi kondisi pandemi yang seperti ini, membuatku menimbang-nimbang ulang memilih sekolah Hizbi.
Sekolah itu Apa?
Sebelum cerita banyak, kita samakan dulu persepsi yuk. Apa sih sekolah itu? Kalau buka KBBI, sekolah berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran. Dari situ, jelaslah kalau sekolah itu memang suatu lembaga atau bangunan, bukan sosok yang mengambil alih tanggung jawab orang tua. Jangan sampai, salah kaprah mengartikan sekolah sebagai pihak yang mendidik anak sepenuhnya yaa.
Ada orang tua bekerja dari pagi sampai malam untuk membayar sekolah anak. Mungkin orang tua sudah merasa aman menyerahkan pendidikan anak ke pihak guru sekolah. Tapi lupa, mengisi tangki cinta anak dengan bonding dan attachment yang kuat. Hingga orang tua harus menerima kenyataan, (naudzubillah) ternyata anaknya di usia remaja mengalami hamil di luar nikah dengan pacar. Aku yang mendengarnya saja merasa syok karena sempat ke rumahnya.
Apa artinya itu semua? Sekolah tak bisa menjamin perilaku anak menjadi lebih baik. Mengapa begitu? Karena sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk mendapatkan pelajaran yang mungkin tak didapat di rumah.
Pendidikan anak usia dini yang utama berada dalam keluarga. Saat anak bertambah usia, orang tua juga berkewajiban mendidik. Orang tua tetap harus melakukan home education, sebab tak akan tergantikan di sekolah.
Hal Penting Memilih Sekolah untuk Usia Dini
Kita kembali lagi ke bahasan tentang pendidikan anak usia dini ya. Dari Wikipedia, dijelaskan kalau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang menitikberatkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai kelompok usia. Sebelum memilih sekolah untuk anak usia dini, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Usia anak dan aktivitas harian ibu
Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1, rentang anak usia dini adalah 0-6 tahun. Sementara, rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraan beberapa negara, PAUD dilakukan dalam rentang usia 0-8 tahun. Bagaimana jenjang pendidikan sesuai usianya?
A. Usia Pra-TK
Jika sebagai ibu bekerja di luar rumah, dapat memilih day care untuk sekolah pra TK. Menitipkan anak di day care sebelum berangkat kerja dan pulang setelah ibu selesai kerja.
Ibu tak bekerja, bisa juga mencicipi sekolah pra TK yaitu baby gym atau kelas playdate yang durasinya lebih pendek dari day care.
B. Usia PAUD
Jika anak sudah berusia 3-5 tahun, dapat dipilihkan ke jenjang PAUD, biasa disebut play group atau kelompok bermain.
C. Usia TK
Saat anak berusia 5-6 tahun, bisa dimasukkan ke jenjang TK. Jika offline di masa pandemi ini, tetap harus ekstra memperhatikan lembaga yang mematuhi protokol kesehatan.
2. Metode atau kurikulum
Memilih metode atau kurikulum tentu disesuaikan dengan value keluarga. Jika bisa dibicarakan dengan suami, ada baiknya untuk saling berdiskusi. Sistem pendidikan di sekolah dan rumah perlu saling mendukung serta ada keterkaitan, agar anak tidak bingung.
3. Biaya
Biaya adalah salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan sekolah. Kenapa begitu? Karena berkaitan dengan kondisi keuangan keluarga. Jika sekolah pilihan membutuhkan biaya cukup banyak, tentu perlu perencanaan keuangan keluarga yang baik, agar dapat tercukupi.
4. Sistem pembelajaran
Di masa pandemi ini, ada yang masih galau jika dilakukan pertemuan tatap muka seperti saran Kemdikbud? Khawatir anak terlalu sering terpapar gadget, apalagi di usia dini? Khawatir juga dengan virus yang memakan banyak pasien? Tatap muka, online atau akhirnya memutuskan homeschooling, tetaplah disesuaikan dengan kondisi keluarga yang akan menjalani. Menurut Miss Vidya Dwina Paramita, hal yang tak boleh berhenti dalam keluarga untuk anak usia dini adalah stimulasi, rasa aman dan menyenangkan.
Pilihan Sekolah Usia Dini untuk Hizbi
Setelah menimbang hal-hal di atas, aku dan suami memutuskan agar Hizbi sekolah di rumah. Usianya masih 4 tahun, InsyaAllah aktivitasnya lebih banyak bermain daripada kegiatan terstruktur. Cara memantau perkembangannya gimana? InsyaAllah di aplikasi PrimaKu bisa cek tumbuh kembangnya. Selain itu, banyak artikel yang bertebaran di internet. Dari sekolah online Hizbi, ada pertemuan online beberapa kali antara orang tua dengan tenaga profesional untuk pendidikan anak usia dini.
Kegiatan terstruktur Hizbi seperti apa?
Kegiatan Hizbi mengikuti kurikulum di salah satu sekolah online yang berbasis Al-Qur'an dan Hadits. Selain itu, mengutamakan ibu sebagai guru di rumah. Jadinya, aku yang banyak interaksi dengan anak. Kegiatan online untuk anak hanya dilakukan sebulan sekali. Sistem sekolahnya hanya beberapa bulan. Tak terikat program setahun, jika kondisi keluarga belum memungkinkan lanjut.
Saat ini, bertebaran sekali program sekolah untuk anak usia dini. Apalagi yang dilakukan secara online. Saat hendak memilih, tentu perlu mencari info banyak, testimoni dan rekomendasi. Jika ingin memasukan anak ke sekolah yang memiliki gedung dan terdaftar offline, perlu memikirkan jaraknya. Jarak sekolah ke rumah yang dekat, akan mempersingkat waktu jika perlu bertemu antara guru dan orang tua.
Apapun keputusan akhir memilih sekolah untuk usia dini di masa pandemi ini, mari kita mematuhi protokol kesehatan yaa. Boleh dong aku dibagi info, kalau teman-teman ada info sekolah untuk anak usia dini.
setuju poin 4 mbak, harus cek sistem pembelajarannya. Untuk anak usia dini harus lebih banyak yang "fun" dan bermain
BalasHapusIya Mbak, betul. Dunianya anak usia dini adalah bermain
HapusUsia 4 tahun memang lebih banyak membutuhkan stimulasi ortu, kalaupun butuh sosialisasi memang tidak melulu harus ke sekolah. Tetapi kembali lagi pada kebutuhan setiap keluarga. Dulu, Najwa anak pertama saya sekolah sejak 4 tahun karena kami butuh memaparkan pada bahasa. Sedang adiknya, santai aja, hampir 5 tahun baru sekolah.
BalasHapusIya ya Mbak, kondisi dan kebutuhan keluarga atau anak, pasti berbeda
HapusTerima kasih sharingnya ❤️