Bunda, anaknya main terus ya, kapan belajarnya?
Lho sekolahnya kok, main-main aja sih.
Mungkin ada sebagian yang menganggap bahwa sekolah atau belajar harus memegang alat tulis dan duduk manis. Ya, bagi sebagian orang sekolah itu memang duduk manis. Tetapi kalau anak balita diminta betah duduk manis, mungkin malah terlihat aneh ya. Si anak apakah sehat?
Ya meskipun anakku juga lumayan betah duduk, tetapi kalau sudah terlanjur bosan, bisa lari kesana kemari. Pertanda anak sedang sehat. Tidak lemas karena sakit.
Padahal kalau mau mengamati dan merincikan dengan detail kegiatan anak, ternyata di tiap aktivitas anak, dapat menjadi produktivitas dalam kehidupannya. Eh gimana bisa? Bisa banget kok, asalkan butuh komitmen dan konsisten nih. Memang PR banget kan, tapi semoga kita bisa menguatkan niat agar anak tak tersesat nantinya.
Tetapi apa mikirnya enggak terlalu jauh? Anak masih usia batuta, baduta, batita dan seterusnya. Lalu, kita sudah bereksplorasi agar tahu aktivitas anak yang membuat produktif.
Sebetulnya sebagai orang tua, tugas kita adalah memandu anak. Kita pasti meyakini bahwa setiap anak adalah bintang. Kunci lainnya juga yang aku baca di e-book Pandu 45 bahwa orang tua tak perlu buru-buru melakukan tes bakat untuk melihat bakatnya sebelum usia 16 tahun. Terus bagaimana dong?
Kita sebagai orang tua sebaiknya memberikan wadah (aktivitas) bagi anak untuk melihat potensinya. MasyaAllah, kita sebagai orang tua ditantang setiap hari dalam melihat potensi di setiap aktivitas anak. Kita adalah pengamat anak yang terbaik.
Aktivitas Anak Dapat Menjadi Produktivitas
Saat orang tua tak melalukan tes bakat, bukan berarti abai dengan potensi, minat atau bakat anak. Anak butuh diperkuat potensi, minat dan bakatnya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Orang tua sebaiknya peka dengan segala respon yang dilakukan anak terhadap aktivitasnya.
Apa saja yang perlu diperhatikan dari aktivitas anak, supaya kelak menjadi produktivitasnya? Dijelaskan dalam kuliah bunda sayang batch 6 zona 8, institut ibu profesional sebagai berikut:
1. Enjoy
Anak menikmati setiap aktivitasnya. Matanya terlihat berbinar. Energinya seakan tak habis mengerjakan hal itu. Adakah anak terlihat seperti itu? Bisa jadi anak sedang dalam tahapp menikmati, tidak ingin berhenti atau digantikan lainnya.
2. Easy
Apabila ada tantangan di bidang tersebut, anak tak menyerah. Anak akan bertahan untuk cari jalan keluar. Anak berusaha mendapatkan cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Wah berarti anak sudah menguasai dan menganggap tantangan itu pasti mudah ditaklukkan.
3. Excellent
Anak mampu menikmati aktivitas yang dilakukan dengan munculnya internal motivation. Anak mudah melakukannya. Ketika anak konsisten menambah jam terbang hingga hasilnya bagus secara perlahan. Perkembangannya bisa kita perhatikan.
4. Earn
Tahap lanjut dari sisi produktivitas yang ditekuni anak. Anak aktif berkarya. Anak aktif berbagi hasil karyanya, sehingga orang lain mengakui. Bisa jadi saat orang mengakui hasil karyanya, anak mendapatkan suatu materi atau penghasilan sendiri.
Pengamatan Ragam Aktivitas Anak
Dalam memperhatikan 4E (enjoy, easy, excellent, earn), tentu butuh dipicu dengan ragam aktivitas. Orang tua bisa memberikan aktivitas atau anak melakukan kegiatan yang disukai atas kemauan sendiri. Karena memang, setiap anak adalah unik.
Untuk anak usia 4 tahun, aktivitasnya disesuaikan dengan perkembangan dan usianya. Seperti beberapa contoh tantangan yang aku catat hari ini pada ragam aktivitas anak.
Hari ini, aku mengajaknya berkebun untuk merawat bibit yang ditanam kemarin. Selain itu, anak melakukan bermain peran atas inisiatifnya sendiri. Ini anak bisa betah berlama lama dalam bermain peran.
Satu kegiatan yang masih membuatnya berbinar dan betah berlama-lama juga adalah membaca buku. Meskipun belum bisa membaca, tetapi anak suka membolak balik, bertanya, membaca sekehandaknya sendiri atau meminta tolong dibacakan. Sempat juga bermain huruf sesuai aktivitas pre school di Al Kindi.
Kesimpulan
Apa nantinya langsung bisa memberi kesimpulan bahwa aktivitas itu nanti menjadi minat, bakatnya? Tidak secepat itu ya, perjalanannya masih panjang. Bisa jadi, adanya catatan sebagai orang tua untuk lebih memaksilkan anak lebih bersinar potensinya. Orang tua perlu mewadahi dan mendukung arah aktivitas anak dapat menjadi produktivitas.
Bagaimana teman teman? Semangat mendampingi anak bermain dan belajar yaa.
Posting Komentar
Posting Komentar