Kemarin, ada teman yang bertanya tentang rekomendasi buku parenting, tentu saja kujawab sangat banyak. Seingatku, beliau sedang menanti kedatangan buah hati sejak keguguran beberapa kali selama kurang lebih 4 tahun.
Pertanyaannya tentang rekomendasi buku parenting, jadi membuatku penasaran tentang kabar kehamilannya. Namun, aku sampaikan rasa ingin tahuku dengan hati-hati. Menggunakan ucapan doa secara implisit. Ternyata beliau mengatakan bahwa masih berusaha merayu Allah.
Alasan mencari buku parenting, seperti ini jawabnya, "Aku ingin belajar supaya tak gagal menjadi orang tua. Sebab anak adalah investasi akhirat."
MasyaAllah begitulah kuasa Allah. Memberi banyak kesempatan pada wanita-wanita pilihan. Salut dan kagum dengan para perempuan hebat yang dalam masa penantian panjang sejak masih single tapi banyak mencari ilmu kerumahtanggaan atau seputar dunia parenting. Begitu juga yang sedang menantikan makhluk mungil tertanam dalam rahimnya.
Rasanya seperti tertampar. Di saat banyak wanita di luar sana dalam penantian buah hati, bagaimana sikap seorang wanita yang sangat kesal dengan kesalahan anak? Pertanyaan itu ditujukan untuk diriku sendiri. Aku dan suami yang mengundang anak dengan seizin Allah namun kehadirannya malah tidak disambut dengan santun. Meminjam istilah Bu Okina Fitriani bahwa anak adalah tamu istimewa. Maka sudah seharusnya dilayani dengan baik dan sepenuh hati.
Tersentak juga saat membaca tulisan Teh Karina Hakman tentang sabar dalam proses mengelola amarah dan kecewa ketika mendidik anak. Ramadhan ini betul-betul refleksi perjalanan membersamai anak hingga sekarang. Dalam terjemahan surat Al Ankabut ayat 69 tertulis firman Allah sebagai berikut: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
Dijelaskan dalam tafsir Al-Muyassar bahwa siapa saja yang berjihad mengorbankan badan demi mendapat ridha Allah, insyaAllah akan ditunjukan jalan-jalan kebaikan untuk mencapai itu. Saat selalu mengingat Allah, melibatkan Allah dalam aktivitas, insyaAllah akan ada bantuan dan pertolongan dari Allah. Ayat di atas mengingatkan bahwa ada kaitannya antara mendidik anak dengan berjihad.
Allah, tugasku sebagai seorang ibu hanyalah belajar taat dan ikhlas dalam mendidik. Belajar menikmati perjalanan mendidik yang melatih kesabaran untuk menuai pahala. Berusaha memetik hikmah, melihat sisi positif lain saat anak mulai membuat darah menjadi naik. Karena anak adalah amanah sementara. Jika mereka sudah dewasa menjadi sholih atau sholihah maka anak menjadi harta yang tetap mengalir saat di surga.
Diingatkan lagi janji Allah di dalam surat Az-Zumar ayat 10 dengan terjemahan sebagai berikut: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Sebab, aku dan anak adalah manusia tidak sempurna. Aku sendiri pernah di posisi sebagai anak, tentu hal yang sama pernah dirasakan oleh orang tua juga. Berharap ampunan Allah. Semoga Allah melimpahkan kesabaran dan keikhlasan hingga dapat menggapai pahala keberkahan dalam hidup.
Mengutip juga dari kata-kata Teh Hani Hendayani saat kuliah Whatsapp di grup Diskusi Emak Kekinian bahwa menjadi ibu adalah takdir Allah. Sedangkan menjadi ibu yang ikhlas adalah pilihan.
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-14
Posting Komentar
Posting Komentar