Bab meregulasi emosi dalam menjalankan peran sebagai ibu masih menjadi PR bagiku. Sebelum menjadi ibu saja, masih butuh banyak belajar tentang mengatur emosi. Apalagi ketika belajar menjadi ibu dan mendampingi bayi. MasyaAllah.
Teringat dengan buku Heal Yourself, Untukmu yang Pernah Terluka karya Novie Oktaviane Mufti. Padahal sudah bertekad banget, tapi kurang kuat meluangkan waktu untuk melahap isi bukunya. Setelah update tulisan ini, buku itu sudah selesai aku baca.
Aku tertarik untuk share sedikit insightnya. Ada salah satu sub bab yang menarik menurutku, judulnya Tunggu, Aku Butuh Waktu!. Supaya jadi pengingat karena bisa nyambung dengan kebutuhanku dan anak dalam mengelola emosi.
Dari judulnya saja sedikit ketebak tentang perlu jeda waktu untuk mengelola alias regulasi emosi. Semoga dimudahkan Allah dalam prakteknya. Aamiin. Kita cari tahu dulu tentang maknanya, yuk!
Apa itu Regulasi Emosi?
Saat kita terlahir, tentu tidak langsung membawa kemampuan regulasi dalam emosi. Meskipun begitu, kita tentu bisa mempelajari dan mengetahui strategi-strateginya. Regulasi emosi yaitu kemampuan kita mengelola emosi yang dimiliki dengan tepat.
Emotion regulation is the ability of an individual to modulate an emotion or set of emotions.-American Psychological Association (APA)
Bagaimana Cara Tingkatkan Kemampuan Regulasi Emosi Diri?
Dalam melakukan regulasi emosi, ada hal-hal yang dilakukan agar semakin kita semakin cakap. Apa saja itu?
Pertama kali adalah mengenali dulu jenis emosi yang dirasakan. Kemudian langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi penyebab terjadinya emosi. Kalau untuk anak, mengajak menamai emosinya. Saat ini yang sering aku dengar, ada istilah literasi emosi.
Nah, untuk kita sendiri, perlu tahu jenis dan kondisi yang dirasakan. Apakah saat ini kita sedang sedih, marah, kecewa, bahagia, atau menghadapi emosi lainnya. Tujuannya supaya mempunyai gambaran tentang hal yang perlu dilakukan saat berhadapan dengan emosi-emosi tertentu.
Kemudian kenali juga emosi yang dirasakan orang lain serta perhatikan sikap atau gesturnya. Selanjutnya kita perlu berlatih dalam mengomunikasikan emosi yang dirasakan pada orang lain. Sulit? Iya, menurutku tetapi InsyaAllah bisa. Aku sudah mencoba bersama anak maupun suami. Hehe.
Kalau di buku Heal Yourself, dicontohkan kalimat seperti berikut,
"Aku lagi marah, boleh tinggalkan aku sendiri?"
Atau
"Aku ingin istirahat sebentar, tunggu 15 menit ya."
Atau
"Aku sedih, saat ini ingin sendiri dulu. Tapi jangan khawatir, aku akan kembali lagi 1 jam lagi."
Selain itu, supaya mudah meregulasi emosi sendiri, sangatlah penting untuk peduli dan menjaga pola hidup. Kita perlu memperhatikan kembali pola makan, pola tidur, kegiatan fisik dan sebagainya. It works. Ini sangat berpengaruh bagiku.
Melatih kesadaran diri dengan mindfulness alias being present in the moment atau hadir utuh. Menjaga pikiran positif dan peka dengan kondisi diri. Peka di sini juga menarik lagi bahasannya. Ada salah satu sub bab selanjutnya yang berjudul Mohon Maaf, Ini Bukan Urusan Saya.
Masih di bahasan regulasi emosi, Teh Novie mengenalkan istilah time out dengan berhenti sejenak dan membersihkan diri. Ada kisah Rasulullah dan para sahabat yang selalu berhenti dulu di suatu tempat untuk membersihkan diri selepas berperang sebelum berjumpa keluarga di rumah.
Nah, time out bagi kita bisa dengan sebelum pulang kerja, merapikan diri dulu secukupnya. Sesampai rumah bisa melanjutkan merawat diri dengan bersih diri mandi mandi supaya lebih segar. Secukupnya waktu, tidak berlama-lama. Hal itu baik agar kita menjadi siap dalam berinteraksi dengan keluarga di rumah.
Penutup
Kalau sebagai ibu sudah bisa meregulasi emosi diri, tentu anak akan berkaca untuk meniru. Semoga saat diri bisa berdamai dalam hal regulasi emosi, anak juga dapat lebih stabil memahami emosinya.
Bagaimana teman-teman? Mungkin tidak mudah dan butuh upaya supaya kita menjadi terbiasa. Tetapi, kemampuan mengelola emosi itu penting untuk kita miliki.
Saat kita lebih cepat selesai dan berdamai dengan diri, InsyaAllah kita juga akan lebih cepat menolong orang lain alias keluarga dekat kita. Semoga kita bisa semakin belajar mengelola emosi. Semangat, InsyaAllah bisa yuk!
Posting Komentar
Posting Komentar