Setiap
anak yang dilahirkan dari rahim ibunya adalah penciptaan terbaik dari Allah,
mereka membawa fitrah yang baik. Tugas orang adalah menjaga fitrah dan
potensinya agar tetap baik bahkan berkembang dan meningkat supaya anak menjadi
pribadi yang juga bermanfat bagi orang lain, selain diri sendiri.
Allah
Ta’ala berfirman, Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. (QS At-Tin ayat 5)
Allah
sudah menyatakan dalam ayat di atas bahwa menciptakan manusia dengan
sebaik-baik penciptaan. Lalu bagaimana supaya orang tua bisa menjaga amanah
Allah? Bagaimana supaya fitrah dan potensi baik anak tetap terjaga?
Banyak
sekali tugas orang tua, secara kasat mata terlihat berat. Ya bagaimana tidak
berat, karena balasannya adalah surga dan kelak merekalah yang akan mengaliri
pahala amal jariyah insya Allah. Rasulullah Nabi Muhammad bersabda –sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Muslim- “Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan atau do’a anak yang sholeh.”
Apakah
anak yang sholeh itu berarti tidak pernah melakukan kesalahan? Sudahkah kita
memasang pikiran bahwa wajar anak melakukan kesalahan dalam masa
perkembangannya?
Menurut
Sandy Mc dalam bukunya Peace of Mind menyatakan bahwa tindakan dan
perbuatan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya.
Pikiran bawah sadar berperan 88% sedangkan pikiran sadarnya hanya 12%. Sehingga
hampir sebagian besar kehidupan seseorang dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar
yang tertanam dalam dirinya.
Begitu
juga dengan seorang anak, ia akan menjadi pribadi yang dibangun oleh cara
pandang orang tuanya. Sehingga perlu berhati-hati, sebesar apapun perilaku
kesalahan yang dilakukan, jangan sampai orang tua mengubah konsep fitrah sang
anak dengan sebutan atau panggilan yang jelek.
Allah
Ta’ala berfirman, ... Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka
mereka itulah orangorang yang zalim. (QS. Al Hujurat ayat 11)
Lalu
bagaimana cara pandang yang tepat ketika anak melakukan kesalahan?
1.
Mengubah
konsep pandang orang tua.
Ketika
mengemban status sebagai orang tua, dulunya pasti pernah melalui proses menjadi
anak-anak. Dan karakter orang tua saat ini, bisa jadi sangat dipengaruhi oleh
didikan orang tua sebelumnya, istilahnya inner child. Sehingga sebisa
mungkin, orang tua sekarang, memutus mata rantai didikan orang tua zaman dulu
yang kurang baik supaya tercipta memori baru yang menyenangkan untuk anak
sekarang.
Sebagian besar
orang tua sudah sangat paham teori parenting tapi pada prakteknya, terkadang
orang tua tidak sadar bahwa yang saat itu dilakukan adalah kesalahannya.
Misalnya,sering sekali anak diberi label anak, atau dengan mudah
menggerakkan tangan untuk memukul anak, mungkin karena ada masa lalu yang
membayangi pikiran orang tua. Sehingga sangat butuh self healing,
merangkul inner child diri orang tua agar sejarah pengasuhan tak lagi
berulang.
2.
Menegur
sikap sang anak.
Dalam memandang
kesalahan anak, yang perlu dilakukan orang tua adalah menegur sikap salahnya
bukan mencerca pribadinya. Jika pribadinya sering dihujani dengan
julukan-julukan buruk, seperti anak nakal, tak tahu aturan, bodoh maka akan
terbentuk keyakinan dalam diri anak bahwa memang seperti itulah dirinya.
Sungguh mengkhawatirkan jika pribadi sang anak merasa tidak pantas berbuat
baik.
Allah Ta’ala
berfirman, ... Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,
yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak daat tegak sedikit
pun. (QS Ibrahim ayat 26)
3.
Membangun
harga diri sang anak
Sebagai orang
tua, marilah mencoba memahami perasaan anak dengan membangun penilaian dirinya.
Akan lebih
pantas jika kata-katanya seperti ini, “Nak, kalau kamu berebut mainan sama
adik, dia nanti juga bisa marah dan nangis seharian.”
Daripada, “Duh,
anak nakal. Selalu berebutan mainan sama adik.”
Sungguh tidak mudah memang,
refleksnya orang tua yang lelah untuk bisa menghadapi sikap anak yang salah.
Tapi orang tua memang tidak ada yang sempurna karena akan terus belajar sampai
hayatnya hanya perlu pembiasaan.
Yang
perlu diingat, orang tua perlu memupuk pribadi anak agar bisa tumbuh lebih baik
menjadi pribadi yang benar. Selain itu, orang tua harus memberi kepercayaan
anak agar mereka bisa mengembangkan kepribadian dengan baik.
Posting Komentar
Posting Komentar