Sambil merebahkan badan, kuawasi lelaki mungil yang bermain
di dekatku. Badan terasa lemas dengan suhu tubuh yang berubah seperti roller
coaster, beberapa hari. Namun si mungil belum paham jika diriku sedang
tidak sehat, berkali-kali badanku tercolek olehnya yang sedang minta perhatian.
"Ya Allah, aku ingin rehat sebentar, tidak diganggu keusilannya" batinku saat itu.
***
Ibu tidak boleh sakit, harus kuat karena nanti anak juga
akan tumbang jika ibunya lemah. Entah kata-kata dari siapa itu, setidaknya
membuatku lebih bersemangat melawan kepayahan badan ini. Tapi seakan badan
belum mau bekerja sama dengan pikiran, seberapa banyak yang aku makan, langsung
tertolak oleh tubuhku, menjadikan semakin lemas dengan perut yang tidak terisi.
“Ayo cek darah lagi, berapa trombositnya... kalau semakin
turun, harus opname malam ini,” kata Ayahku dengan khawatir. Berangkatlah kami
ke laboratorium klinik dengan badan yang semakin tidak karuan rasanya. Selesai
melakukan pengecekan darah, kami pulang untuk menunggu hasilnya satu jam kemudian.
Berusaha berpikiran positif bahwa aku baik-baik saja, bisa
mendampingi lelaki mungilku walau tanpa ayahnya, yang sedang berjarak dengan
kami karena tugas dari kantornya. Dan ternyata Allah berkata lain, hasil cek
darah mengharuskanku untuk segera masuk rumah sakit malam ini juga. Dari
diagnosa dokter menyimpulkan bahwa aku harus menginap di rumah sakit minimal 3
hari jika kondisi mudah membaik.
***
Kudengar sang mama menjawab, “Iya, Sayang. Mama ada di sini
ya.”
Sang anak masih merajuk dan mamanya begitu lembut dan yakin untuk
menenangkan. Inginku menangis dengan mendengar dan membayangkan adegan mereka.
Seorang mama yang setia mendampingi serta menguatkan anaknya di kala sakit. Sedangkan
aku, ibu yang tergeletak lemas menguatkan diri sendiri agar dapat bertemu
lelaki mungil sesegera mungkin. “Nak, ibu rindu. Tapi mungkin ini ujian. Alhamdulillah yang sakit Bunda, bukan kamu, Nak,” batinku sebelum memejamkan mata.
Alangkah mengagumkan keadaan orang beriman karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya) dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya. (Hadist Riwayat Muslim)
Alangkah mengagumkan keadaan orang beriman karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya) dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya. (Hadist Riwayat Muslim)
Posting Komentar
Posting Komentar