Cara mendidik anak saat ini, secara tidak langsung ada
bayang-bayang didikan dari orang tua sebelumnya. Padahal, lain zaman dulu dengan
sekarang. Seperti nasihat Ali bin Abi Thalib, “Didiklah anak-anakmu sesuai
dengan zamannya karena mereka bukan hidup di zaman.”
Dari nasihat tersebut yang dianggap berbeda adalah cara mengomunikasikan dalam mendidik tapi
koridor islam tetaplah tidak berubah. Contoh mendidik zaman dulu adalah memberi
tanggapan ketika anak terjatuh, “Aduh, lantainya nakal ya sampai kakak terjatuh
... Sini biar eyangti pukul.”
Atau memberi tambahan mendiamkan seperti ini, “Eh sudah,
diam, nggak apa. Di sana ada apa ya? Mau jajan nggak?”
Saya cuma bisa meringis mendengarnya karena pola pikir orang
tua dalam mendidik di zamannya masih seperti itu. Setelah mendapat banyak
referensi yang saya pelajari, ternyata cara menunjukkan perhatian yang seperti
itu masih keliru. Anak bukannya bertambah dewasa tapi ketika dia mendapatkan
masalah, akan langsung meminta bantuan, solusi dan bisa jadi juga akan
menyalahkan lainnya. Komunikasi yang baik, tidak sepihak, melibatkan anak, menjadikan
anak sebagai pribadi kritis yang berusaha menemukan pemecahan masalahnya
sendiri.
Kalau menurut Irawati Istadi dalam bukunya Mendidik
dengan Cinta, ketika anak mendapatkan masalah keseharian, anak perlu
dilatih berusaha menyelesaikannya hingga nanti akan akan menghasilkan dua
pilihan, berhasil atau gagal. Ketika gagal, tetap bukan tugas orang tua yang
menyelesaikan tapi orang tua harus aktif berdialog memberi dukungan secara
motivasi, arahan atau nasihat. Melalui jalan itu, anak akan mengasah intuisinya
lebih tajam.
#30dwc #30dwcjilid12 #day29 #squad4 #keluarga
Posting Komentar
Posting Komentar