Seorang pemain biola tampak serius mempersiapkan tampilan dan
setting alat musiknya. Ia kencangkan alat penggesek senar biola, yang biasa
disebut bow dengan memutar skrup pada bagian ujung hingga tercipta jarak yang
tepat. Digosoknya rambut bow dengan damar supaya dapat mencengkram senar biola
saat digesekkan. Ia lanjutkan dengan menyetem senarnya agar menghasilkan nada
yang benar dan sesuai.
Dengan tangan yang telah terampil, dipeganglah bow dengan
sangat santai dan fleksibel. Tangan kiri menggenggam leher biola dan meletakkan
di tulang bahu, menempel lehernya. Dan mulai menggesek senar biola dengan
memainkan nada pada senar untuk menghasilkan alunan yang nyaman dinikmati.
Setiap pemain biola yang terlatih mengetahui dengan pasti
bahwa diperlukan persiapan menggunakan biola yang benar untuk menghadirkan pemorfance
yang maksimal. Persiapan sangat menentukan kualitas harmoni melodi yang
hendak dihasilkan. ‘Hanya’ untuk menghasilkan nada-nada yang harmoni diperlukan
persiapan dan latihan yang konsisten.
Ketika pengasuhan anak dipahami seperti bermain biola secara profesional, maka hasilnya pun tidak jauh berbeda. Semakin orang tua terus menambah ilmu, melakukan berbagai persiapan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak, suatu saat akan memetik hasil didikannya. Tapi bagaimana dengan orang tua yang tanpa persiapan, tidak paham tahapan pengasuhan anak, kurang menambah wawasan baru, apakah hasilnya akan sama? Tentu tidak.
Lalu, bagaimana supaya dalam pengasuhan menghasilkan anak yang berkualitas? Dari buku ‘Rumahku Tempat Belajarku’ yang ditulis oleh bunda
Irawati Istadi, terdapat kunci persiapan pengasuhan untuk hasil yang berkualitas.
Pertama, memprioritaskan pendidikan agama sebagai ilmu wajib. Dahulu, para
cendekiawan muslim yang mempelajari keimanan dan Al-Qur’an sebagai pondasi awal
di masa kecil, bahkan banyak yang menyelesaikan hafalannya di usia sebelum
sepuluh tahun. Kedua, menguatkan
kondisi keluarga, khususnya peran ibu.
Setiap anak membutuhkan bekal pendidikan di usia dini yang efektif di
rumah yang didapat dari peran orang tua terutama ibu. Seperti kisah ibunda Imam
Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih.
Ketiga, mencari atau membangun sistem pendidikan yang baik. Sistem
yang mampu menumbuhkan motivasi belajar anak didiknya menjadi haus dan cinta ilmu yang mengedepankan adab sebelum ilmu. Keempat, mencari atau membuat
lingkungan masyarakat yang mendukung. Karena karakter anak akan berkualitas juga jika
terdapat lingkungan yang memiliki perhatian dan dukungan dalam pengasuhan maupun pendidikan. Semoga kita sebagai orang tua terus belajar untuk menjadi pendidik yang terlatih bagi keluarga.
#30dwc #30dwcjilid12 #day15 #squad4 #keluarga
Posting Komentar
Posting Komentar