Hamparan sawah berhektar-hektar, tanah hijau berbukit, hewan-hewan ternak
berkeliaran, udara sejuk sebelum matahari terbit, gemericik
air dengan pesona kesegarannya dan banyak gambaran menyenangkan yang terlintas tentang
pedesaan.
Dengan segala kelebihan alam pedesaan yang disajikan Allah, sebagai orang
tua, adakah yang menjadikannya inspirasi belajar dan bermain anak?
Tapi bagaimana jika anak belum pernah ke pedesaan dan akan pertama kali ke
sana? Apa yang disiapkan selain fisiknya? Persiapan psikis perlu kah?
Ya, ternyata dijelaskan oleh Okina Fitriani dalam bukunya The
Secret of Enlightening Parenting, perlu dilakukan briefing dan role
playing di rumah, sebelum mengajak anak ke tempat atau acara yang
belum pernah dialami untuk kebaikan psikisnya.
Orang dewasa saja butuh latihan, gladi bersih untuk acara yang dirasa
penting, terlebih anak kecil di dalam memorinya belum ada ruang untuk kata
pedesaan. Perlu melakukan pengenalan dan latihan supaya dapat membayangkan hal
yang akan dialaminya.
Dari beberapa referensi yang saya baca, briefing dan role playing
efektif dilakukan mulai anak usia menjelang dua tahun, sesuai perkembangan pemikirannya.
Jika orang tua mengajak ke desa pertama kali, dapat
diawali dengan briefing jauh-jauh hari sebelum pergi dan
membahasakan gambaran mulai berangkat hingga sesampainya di sana. Misalkan
seperti ini.
“Kakak, besok kita berangkat ke desa naik mobil sekitar empat jam. Di
mobil, Kakak mau duduk di tengah sama Om atau Bunda?”
“Sama Bunda,” jawabnya.
“Oke. Di perjalanan, Kakak bisa baca buku atau minta dibacakan ... boleh
makan minum kalau jalanannya lurus dan bagus, seperti ini ya posisinya....”
kata Bunda sambil coba memeragakan.
Si Kakak hanya mengangguk.
“Terus, boleh juga main buku sibuk, nyanyi atau tidur. Kalau mau buang air
kecil, bilang dan sabar ... nanti dicarikan pom bensin. Siap?” detail Bunda memberi
pertanyaan untuk memastikan.
“Siap, Bunda,” wajahnya meyakinkan jika paham.
Briefing berlanjut lagi.
“Kalau sudah sampai, ketemu Eyang sama Tante harus salim dulu ya. Terus
nurut diminta Bunda mandi atau makan... kalau mau main ke luar, harus izin Ayah
atau Bunda supaya ditemani. Nanti ketemu burung, ayam, bebek, ikan, mau main ke
lapangan atau melihat sawahnya Eyang. Jadi kalau ke luar, sendirian atau sama
Ayah?” kembali Bunda menyodorkan pilihan.
“Sama Ayah, nanti kalau sendiri bisa diculik,”sahutnya.
“Haha ... Oke, hari ini kita coba main pasir sama lumpur dari tepung buatan
Bunda ya.”
Tahap akhir briefing adalah merangkum yang sudah dikatakan
dan disepakati. Semakin besar usia anak, komunikasi dua arah dapat dengan
melibatkan anak yang merangkumnya sendiri.
Bagaimana dampaknya jika tidak melakukan teknik komunikasi itu? Saya pernah
mendampingi murid untuk pergi karya wisata tapi dia tidak masuk beberapa hari
hingga melewatkan briefing dari kami. Ketika hari H tiba, ia banyak
tidak mau mencoba kegiatan dari kami karena takut. Selesai acara, semua diminta menulis perasaannya dan tulisan si anak adalah sedih dan tidak senang.
Sehingga briefing dan role playing menjadi bagian untuk membentuk pikiran dan perasaan positif. Teknik ini akan efektif jika
dilakukan dengan santai dan saling memerhatikan agar membantunya mudah paham. Selain
itu akan lebih terjalin kedekatan orang tua dan anak karena orang tua membangun
komunikasi terlebih dahulu untuk mengajak anak eksplorasi hal baru di alam.
#30dwc #30dwcjilid12 #day26 #squad4 #keluarga #alam
Posting Komentar
Posting Komentar