Tapi kabar baiknya, tamu inilah yang kelak menjadi penolong
juga di hadapan pengadilan tertinggi Sang Pencipta, mengaliri amal jariyah yang tak terputus untuk
orang tuanya. Hingga menghadiahi mahkota surga seperti yang telah dijanjikan
oleh Allah. Jangan sampai kehadirannya di rumah, kita sia-siakan.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik
penciptaan. (QS At-Tin ayat 5)
Dari ayat tersebut, orang tua yang menerima anak sebagai tamu istimewa, diminta untuk merenungi. Bagaimana pun kondisi fisik dan psikis anak yang terlahir dari rahim ibu, itu adalah karya agung Allah. Sebab Sang Pencipta tidak pernah membuat produk-produk gagal, tapi diujilah kesabaran orang tua sebagai pengemban amanah ini. Maka diperlukan usaha yang maksimal juga saat menyambut kedatangannya.
Lalu pentingkah persiapan orang tua untuk menyambut kehadiran anak?
Tentu saja. Kira-kira apa yang harus orang tua lakukan di awal?
Menjadi orang yang akan mengasuh anak dalam keseharian, kita diharapkan mencoba bersungguh-sungguh memerankan posisi ayah dan ibu
yang seimbang. Seperti di tulisan sebelumnya, keseimbangan ayah dan ibu. Karena berawal dari pola pikir orang
tua memandang sosok anak, potensi istimewa mereka akan muncul dan berkembang.
Dan bagaimana usaha orang tua supaya potensi mereka
berkembang?
Menurut Munif Chatib dalam bukunya Orang Tuanya Manusia,
kita perlu menganggap bahwa anak ibarat bintang yang bersinar. Artinya ketika
orang tua menyalakan ‘tombol’ on dalam benak anak bahwa mereka adalah bintang,
maka anak akan menjadi bintang. Begitu juga sebaliknya, saat orang tua
mematikan 'tombol' bintang ini, maka seakan anak diberi lapisan penghalang
dengan anggapan tidak mempunyai potensi apa pun.
Kita perlu memberi perlakuan istimewa supaya
potensinya bersinar. Apa saja perlakuannya? Orang tua diharapkan menemukan
keunikan anak, tidak hanya dari sisi akademis saja, bisa saja dari kepribadian
dan sosialisasinya. Karena di setiap kelebihan, ada kekurangan. Di dalam
kekurangan, maka di sana terletak keistimewaan.
Kemudian berikan apresiasi pada kelebihan anak untuk
menumbuhkan rasa percaya dirinya. Bisa dengan komunikasi verbal atau non verbal
seperti senyuman, pelukan dan lainnya. Selanjutnya tugas orang tua
mengembangkan potensi tersebut. Dan terakhir yang terkadang orang tua tidak
sadar melakukannya adalah membandingkan anak. Padahal, setiap anak
itu unik dengan keistimewaannya sendiri, kita tidak perlu membuat standar yang
sama antara anak kita dengan lainnya.
#30dwc #30dwcjilid12 #day19 #squad4 #keluarga
Posting Komentar
Posting Komentar