Saat anak bayi bertambah umurnya menjadi belasan atau puluhan bulan nanti, semakin aktif dan ingin tahu banyak hal, terkadang menjadikan orang tua khawatir dan kelabakan. Tak jarang orang tua terlebih ibu, memasang rambu peringatan untuk anak.
"Kakak, no, no. Lantainya kotor," tegasku suatu hari, menghalangi anak bermain debu.
Di hari lain, saat agenda makan bersama keluarga, kakak tertarik dengan nasi panas yang terhidang di tengah kami, langsung saja eyangnya setengah teriak memperingatkan, "Eh, awas nasinya panas. Hati-hati, singkirkan aja."
Apalagi kakak yang sedang ketagihan belajar naik turun tangga akan sering dapat peringatan, "No, no, sudah ya, jangan naik-naik tangga lagi."
Peringatan yang sudah diberikan tadi apakah dipahami anak? Sekalipun melarangnya dengan sepenuh cinta, apakah anak langsung berhenti tidak mengulangi?
Dok. Pribadi |
Atau ketika kita membawa sesuatu yang panas seperti nasi, gelas berisi air panas, kita coba beri kesempatan anak untuk memegang sekaligus melatih sensori indra peraba tentang panas dengan sedikit penjelasan. "Ini nasi panas, mau coba pegang? Sudah ya, gimana rasanya panas? Jadi harus hati-hati ya."
Begitu juga dengan naik turun tangga, hobi yang mulai digemari sejak awal merangkak, tinggal diarahkan cara naik turun yang benar, sehingga menjadi kelihaian dan kewaspadaan anak pada ketinggian.
Begitu juga dengan naik turun tangga, hobi yang mulai digemari sejak awal merangkak, tinggal diarahkan cara naik turun yang benar, sehingga menjadi kelihaian dan kewaspadaan anak pada ketinggian.
Anak berusaha memahami kosa kata larangan yang baru didengar tapi jika tanpa mencobanya, mereka belum paham. Sebab selama di dalam kandungan, anak belum pernah merasakan panasnya nasi, sensasi debu kotor atau sakitnya terjatuh. Dengan menyampaikan arahan rambu larangan yang jelas serta memberikan ruang kesempatan mencoba, anak akan belajar berpikir kritis dan bersikap lebih hati-hati.
#30dwc #30dwcjilid12 #day9 #squad4 #keluarga #anak
Posting Komentar
Posting Komentar