15 Februari 2016
Narsum : Poppy Yuditya
Moderator : Rolla Apnoza
☕Judulnya adalah dialog iman. maka pertanyaan berikutnya adalah apakah definisi dialog iman?
kenapa harus mulai dengan definisi?
Karena kita sering salah kaprah masalah definisi. Muslim memiliki standard definisi, yaitu segala sesuatu yang terdefinisikan dari Al Quran atau Hadits.
saat ini kelemahan kita adalah definisi kita tergantung siapa yang bicara. Asal baik, maka definisi bisa diterima begitu saja. Dan ini menyesatkan!
sebelum lebih lanjut bicara soal dialog iman, saya akan menjelaskan sedikit ttg definisi cerdas.
seperti tadi saya bilang, definisi harus diangkat dan diambil dari Quran atau hadits. Karena kita muslim!
Sehingga kita tidak terbawa oleh definisi menyesatkan.
☕Begini bu, untuk banyak orang, cerdas itu kalau dia rangking satu di sekolah.
Cerdas itu kalau IQ, EQ, SQ nya tinggi. Cerdas itu kalau juara olimpiade matematika, IPA, IPS, dan lain-lain
Saya temukan 34 ayat yang mengandung kata cerdas, akal dan sejenisnya.
Ternyata 33 ayat menyimpulkan: cerdas adalah bila seorang hamba berani menerima kebenaran Risalah tanpa kecuali!
1 ayat mengatakan cerdas diukur dari kemampuan seseorang mencapai usia ar rusyd!Bila seseorang mampu mendapatkan harta yang halal, menyimpan dengan cara yang sesuai syariat, mengeluarkan harta dengan siap bertanggungjawab pada Rabb nya, dan mengelola harta sesuai syariat.
Saya mencari arti kata cerdas dalam Al Quran, dan menemukan fakta mengejutkan! akhirnya saya baru paham kenapa Ibnu Katsir dalam tafsirnya sempat mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang paling cerdas.
Kenapa?
Karena dialah ash-shidiq!
Yang selalu membenarkan risalah Nabiyullah Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam.
Maka terjawab juga pertanyaan di kepala saya, kenapa Kafir Quraisy dikatakan Jahiliyyah (bodoh)
padahal mereka jago siasat, jago dagang, jago perang.
Kalau ibu-ibu membaca sirah nabawiyah berkali2, maka ibu2 akan menangkap "otak cemerlang dan luar biasa" dari mereka.
fitnah mereka terhadap Rasul, siasat jahat mereka....tidak mungkin dilakukan oleh orang dengan IQ rendah.
Namun tetap mereka dikatakan BODOH.
Ternyata orang bodoh menurut Quran adalah orang yang tidak mampu menerima kebenaran!
dan Kebenaran itu harus dimulai dari AL Quran dan Hadits.
QS 40:54 salah salah satunya.
Bagi yang belum bisa bahasa Arab, harus baca tafsirnya juga. Jadi ga bergantungan sama terjemah versi Depag.
☕Mirip dengan definisi sukses. Kita repot sekali ingin anak sukses. Liat kiri kanan.
Maka mulai lah definisi sukses menurut A, menurut B, menurut C
Saya mensurvey 50 orang untuk mendefinisikan kata sukses.
Hampir semua (95%) bahkan menjawab hal yang sama.
Sukses adalah ketika berhasil sekolah setinggi-tingginya, bila sudah berhasil menghajikan ortu, bila sudah punya rumah dan kendaraan pribadi, bila terkenal, dan selanjutnya
Suatu hari, di sebuah pertemuan orangtua dan salah seorang pakar pendidikan di Indonesia yang ketika itu menjadi pembicara, terjadi percakapan berikut:
Seorang Ibu: “Pak, saya mau bertanya. Anak saya usianya 14 tahun. Dia bercita-cita ingin menjadi penari. Saya perhatikan semakin ke sini dia semakin serius dengan cita-citanya itu. Saya jadi bingung dan gelisah, Pak. Saya harus bagaimana mengarahkannya?”
Pakar Pendidikan: “Memang kenapa kalau dia ingin jadi penari? Khawatir tidak sukses? Waduh, Bu. Ibu ketinggalan zaman. Lihat sendiri sekarang ini penari sudah banyak yang sukses. Lagipula ibu mau arahkan ke mana anak Ibu? Apakah menurut Ibu dia akan lebih bahagia dan sukses bila dia menjalani arahan yang Ibu inginkan? Jadi mana yang lebih penting, anak Ibu menjalankan keinginan Ibu atau dia menjalankan keinginannya sendiri dan bahagia menjalaninya?”
Sang Ibu pun manggut-manggut mencoba menerima masukan dari Sang pakar pendidikan. Namun entah kenapa, hatinya tetap gelisah.
Inilah sukses bagi kebanyakan orang dan bahkan sebagian besar ahli pendidikan.
terkenal, kaya raya, hidup berkecukupan.
maka apa definisi sukses menurut Quran?
saya ambil kan satu ayatnya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah SUKSES. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imron: 185).
Dari ayat di atas kita belajar: sukses bukan lah sekadar kekayaan dunia, ketinggian karir, kemurnian darah bangsawan, dan kepopularan seseorang di dunia yang singkat ini. Sukses adalah ketika dia dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
☕Maka jelaslah, seharusnya seorang muslim berpegang erat pada definisi sukses yang hakiki ini. Jangan berpuas hati hanya pada kesuksesan yang fana.
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS Asy Syuuro: 20)
Maka cukuplah bagi kita, bila dalam keseharian kita, Kita selalu berada dalam koridor ridho Allah.
Setiap langkah kita (terutama dalam mendidik anak), maka pertanyakan keputusan kita:
APAKAH ALLAH RIDHO?
kita ikut teori A, tanyakan Apakah Allah ridho?
Bagaimana tahu Allah ridho atau tidak?
QS 33:21
Artinya ini:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Maka, bagaimana kita bisa tahu kita dalam ridho Allah?
Bila kita tahu kita telah mencontoh apa2 yang dilakukan Rasulullah, Sang Suri tauladan
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepada-mu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’aam: 153]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa': 115]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur-an yang diturunkan kepada-nya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman.” [Al-Baqarah: 285]
Orang-orang Mukmin ketika itu hanyalah para Sahabat Radhiyallahu anhum, tidak ada yang lain.
Ayat di atas menunjukkan bahwasanya mengikuti jalan para Sahabat dalam memahami syari’at adalah wajib dan menyalahinya adalah kesesatan.[3]
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah: 100]
Maka bagi semua Muslim, sungguh suatu kewajiban untuk memahami isi Quran, mempelajari siroh nabawiyah, siroh shahabat, siroh shahabiyah, shalafush sholeh. Dan belajar serta menjadikan mereka teladan kita. BUKAN YANG LAIN!
Kenapa?
Karena yang lain belum tentu masuk surga!
jangan sampai kita berbangga hati dengan pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki namun minim ilmu tentang Rasul Qudwah Hasanah kita....
Nah balik ke tema kita hari ini:
maka kita bahas ttg dialog iman
sesungguhnya pendidikan anak itu dimulai dari pemilihan jodoh yang benar
Masih ingatkah kisah tentang seorang ayah yang protes pada Umar bin Khattab, sang amirul mukminin?
Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya.
Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Saya pribadi ketika membaca kisah ini menangis cukup lama.
saya kuatir suami saya salah pilih istri
ternyata kalau saya tidak segera belajar dan berubah, anak-anak saya yang jadi korban!
Karena anak-anak ini sengaja Allah pilihkan tempat yang aman (dalam rahim ibunya).
Mereka pernah satu tubuh dengan kita.
Apa yang kita lakukan, mereka rasakan dan mereka lakukan juga (mau tidak mau).
Dan itu semua sudah dimulai dari sejak "bersatunya" ayah dan ibunya.
maka dialog dimulai dari pembacaan doa sebelum melakukan jima'
agar tidak ikut bersatunya jin dalam ibadah yang khusus dilakukan suami istri itu.
bila Allah katakan tempat aman (rahim) sesungguhnya banyak ibroh dan pesan bagi ibu.
Pastikan kita menjaga kandungan kita dengan baik.
Pastikan tempat itu benar-benar aman, bebas maksiat, dipenuhi ruhiyah yang luar biasa.
saya copy paste tulisan ust. Budi Ashari yang berkenaan dengan kehamilan ya, bu...
Untuk mengungkap rahasia kehebatan keluarga manusia biasa tetapi disejajarkan dengan kemuliaan keluarga Nabi, kita harus membuka langsung Surat Ali Imron. Pasti kita akan mendapatkan petunjuknya di sana.
Pembahasan tentang keluarga Imron dalam Surat Ali Imron, ternyata dimulai pembahasan tentang istri. Lihatlah ayat 35 dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran pertama sebelum yang lainnya, betapa peran seorang istri yang kelak menjadi
Pembicaraan tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (35)
Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat penting. Mengabaikannya berarti kehilangan sebuah fase penting.
Ayat ini mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imron. Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.
Dari sinilah, maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru muncul hari ini. Al-Qur’an TELAH MEMBICARAKANNYA!
Tetapi yang jelas BERTENTANGAN dengan Islam adalah ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari ini adalah pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian.
Sayangnya, umat ini masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para pemimpin bumi yang istimewa.
Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi.
Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.
Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat (14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart --betapapun meriahnya musik tersebut-- memiliki dampak pada kemampuan kognitif seseorang.
Dalam studi paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak. (http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/277083/Mendengarkan.Mozart.Tidak.Membuat.Anak.Cerdas)
Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik-.
Bagi yang masih harus bersandar pada penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya musik,
Remaja yang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dariUniversity of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat.
Cukuplah kita baca surat asy-Syu’ara’ (26) dan kita akan bisa mendapati peringatan keras ayat terhadap dunia yang ‘wajib’ digemari oleh setiap orang itu. Sebelum kita baca, perlu diketahui bahwa asy-Syu’ara’ artinya para penyair. Para penyair di zaman dahulu kala biasa menjadi orang terkenal setelah mereka memenangi perlombaan syair. Bahkan sebagian syair mereka digantung di Ka’bah, yang dikenal dengan mu’allaqat sab’ah. Hal ini yang membuat mereka menjadi terkenal. Jadi mereka hari ini sejajar dengan mereka yang menamakan dirinya selebriti. Mereka juga berfungsi sebagai pembawa berita, penyebar opini serta menggerakkan masyarakat. Hari ini, hal seperti itu sejajar dengan media.
Dari ayat 221 sampai 223 Allah menyampaikan tentang syetan dan ciri penggemarnya. Langsung setelahnya, pada ayat 224 Allah menyampaikan tentang para penyair, ciri mereka dan para pengagumnya. Sebuah keakraban luar biasa antara syetan dan para penyair. Dan berikut ini ayat tentang para penyair:
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ (224) أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ (225) وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ (226)
224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. 225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah 226. dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
Ibnu Abbas menjelaskan pengembaraan mereka di tiap-tiap lembah: Mereka tenggelam dalam setiap kesia-siaan. (Tafsir Ibnu Katsir 6/173, MS)
Demikian akhir dari tulisan ust. Budi Ashari tentang bahaya musik dan penelitian yang tidak sesuai dengan Quran dan Hadits pada janin.
Demikian lah tulisan ini juga mewarnai saya untuk memulai semua pendidikan anak-anak saya dari bagaimana Quran dan Hadits mencontohkan.
daripada "TELANJUR SALAH"
KALAU TERLANJUR SALAH BAGAIMANA. kalau telanjur salah, doakan. Orang tua nya bertaubat dan berazam untuk mulai belajar mengikuti Rasulullah. Tauhid mengajarkan kita demikian!
resiko keterlambatan adalah: mengulang urutan dan bersabar lebih panjang!
Mulai baca kitab, ikuti kajian2 yang menambah ilmu syar'i kita.
kritisi teori-teori yang beken di masyarakat.
Dialog berikutnya adalah obrolan dan doa dari ibu kepada anaknya.
Ayah pun demikian adanya.
Selanjutnya adalah seperti kisah seorang anak pada Umar bin Khattab: memberi nama yang baik.
Waspadai nama yang di makruhkan, apalagi yang dilarang!
Melanjutkan pembahasan tentang keluarga Imron, Allah berfirman dalam Surat Ali Imron,
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36)
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."
Ayat di atas mengajarkan kita untuk membedakan sejak awal laki-laki dan perempuan
buth konsistensi besar dalam hal ini.
kita bisa bilang..kita bedakan kok laki dan perempuan....
Masa iya kita ga bedain...
Laki kita kasih biru, perempuan kita kasih pink...
tapi kalau main anak laki dan perempuan disamakan....
pakaian disamakan...
perempuan dipaksa harus sama dengan laki-laki.
Laki-laki disuruh menari di sekolahnya.
Perempuan disuruh naik-naik pohon.
kalau anak nya tomboy, emaknya bangga....
lho, ustadzah ini kok jadi ga ngebahas spesifik ke dialog iman?
iya, karena ini ilmu dasar.
Dialog iman itu bisa dibaca sendiri nanti.
Belajar dari dialog2 rasulullah dengan cucunya, dengan anak-anak sahabatnya. Dan seterusnya.
Namun pertemuan pertama kita ini, saya sengaja ingin menyampaikan dasar pondasinya dulu.
Kalau pondasi ga kuat, langsung ke teknis, akhirnya jadi setengah2 lagi.
Selanjutnya, kita bahas dialog-dialog iman ketika menyusui.
Menyusui adalah syariat!!!!
lagi, saya harus mengulangi: perintah Allah adalah fiil (kata kerja) bukan isim (kata benda)
maka sungguh jauh berbeda antara menyusui dan memberi ASIP
ibroh yang didapatkan pun jelas jauh berbeda.
sebagai muslimah, kita harusnya sami'na wa atho'na!
disuruh menyusui yah kudunya manut
ga pakai tawar menawar
kalau mau nanya bedanya, bisa dicari dan diteliti sendiri
tugas kita benar2 memahami apa maksud dan apa perintah Allah.
terkadang bahkan kita belum tahu apa ibrohnya...
kita ga tahu apa manfaatnya...
BUkan karena ga ada..
KArena keterbatasan peneliti untuk meneliti lebih jauh ttg Quran.
maka balik lagi,
tugas kita sebagai muslimah adalah sami'na wa atho'na dengan perintah Allah.
YAkinlah, perintah Allah itu ibrohnya tak terhingga.
Kita yang belum mampu mengetahui rahasianya. Maka itu jadi PEER besar kita.
masa nungguin WHO kasih aturan dulu sih, baru mau nyusuin?
malu sama Allah 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Insya Allah kalau saya bilang cari sendiri, bukan karena saya tidak tahu jawabannya, bu...
karena memang akan panjang dan melenceng lebih jauh lagi dari materi hari ini....
tapi memang dalam hal mencari ibroh, masih banyak yang saya tidak tahu.
Bagaimana jika ada hal2 yg menyebabkan ibu tidak bisa menyusui anaknya?
Penyebab medis,psikis,dll
👆🏼Allah kasih urutannya
ada beberapa ayat yang menarik bu:
salah satunya bagaiamna seorang ibu itu seharusnya harus bahagia, harus diberi makan dan minum yang disukainya, diajak jalan-jalan, dan dihibur setiap saat dari masa hamil hingga masa menyusui.
menarik yah?
makanya kalau ikut urutan dalam Quran, harusnya sih ga ada urusan penyebab psikis.
penyebab medis, ini namanya emergensi, bu...
Tiap kondisi selalu Allah sertai dengan pintu darurat.
Bhakan untuk ibadah sekelas puasa. Kalau sakit, yah jangan puasa.
yang harus digaris bawahi adalah: yang mampu, tapi memilih prioritas yang lain!
dibahas bu......itulah yang saya sering menangis, bu....
kita ini karena ga akrab dengan kitab suci dan bahasanya, maka sering missed dengan message yang disampaikan.
Ibroh yang belum sampai, begitu saya menamakannya.
Menyapih adalah dialog iman pertama yang menunjukkan kemampuan seorang ibu menang dalam memenangkan dialog tauhid dengan anaknya atau tidak!
menang kalah?
YA menang kalah!
tugas kita sebagai orang tua yang sesungguhnya adalah:
Bagaimana anak kita mampu bertanggung jawab kepada Allah dengan menjalankan semua syariat yang ditetapkan Allah!
maka bila ada perintah menyapih, harusnya kita jadikan ini moment untuk membuat anak kita sami'na wa atho'na dg perintah Allah.
kamu tidak lagi menyusu pada usia dua tahun karena ini perintah Allah, nak...
tentu saja semua perintah harus diawali dengan dialog dan pembiasaan sebelumnya.
ga ujug2 ditarik susunya.....
dialog iman dilakukan sebelumnya....
dan jadikan proses penyapihan adalah moment kemenangan! bukan momen kesedihan!
kenapa? lagi, karena ini perintah Allah!
yang begini ini akan bermasalah kalau sang ibu juga belum sami'na wa atho'na dengan perintah Allah.
Ini pasti ada ibu2 yang galau ttg menyusui. Bagaimana dgn ibu bekerja. Apakah sudah harga mati seorang ibu menyusui lgsg dr ibu artinya mereka harus berhenti bekerja, atau boleh asip asalkan perbaiki kualitasnya?
Ini pentingnya fihqul aulawiyat (fiqih prioritas)
Menyusui wajib atau sunnah?
Bekerja?
tafadholi dijawab dan diputuskan sendiri
Notulen : Dewi Aprilia K.
www.liyadewi.blogspot.com
(http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/04/11/48290/Wah-Remaja-Penggemar-Musik-Lebih-Mudah)
Posting Komentar
Posting Komentar