Semua orang ingin merasakan selalu bahagia. Tapi kita sebagai manusia bukanlah siapa-siapa yang bisa seenaknya mengatur perasaan. Perasaan bahagia, cinta, sedih, kecewa dan lain sebagainya sering mengisi hari-hari kita. Semua itu datang dan pergi dengan segala keteraturan dari Allah SWT. Janganlah kita berpikir bahwa Allah semena-mena mempermainkan perasaan manusia. Karena memang Allah adalah pencipta kita dan segala sesuatu yang kita punya ini hanya titipan, termasuk perasaan kita. Yang intinya segala sesuatu akan kembali kepada Allah. Allah yang Maha membolak-balikkan perasaan manusia. Karena segala sesuatu yang kita anggap baik belum tentu menjadi baik di hadapan Allah. Wallahu a'lam.
Hakikat bahagia dengan masih bersyukur atas segala yang kita rasakan saat ini merupakan hakikat bahagia yang sederhana. Kita boleh mempunyai target dalam bermimpi tetapi jangan sampai mimpi itu hanya sebatas berangan-angan. Bahagia yang sederhana itu ketika kita merasa berkecukupan. Cukup untuk berbelanja, cukup waktu untuk hobi kita, cukup waktu untuk bekerja dan berusaha serta cukup mencintai Allah dengan segala kerendahan kita sebagai manusia.
Bahagia itu sederhana, ketika kita akan mengusahakan permintaan orang tua dengan mengomunikasikan satu dengan yang lain melalui pertimbangan yang matang.
Bahagia itu sederhana, ketika melihat burung dan kupu-kupu terbang dari satu tempat ke tempat lain tanpa kita tahu pasti bagaimana perjuangan mereka untuk itu.
Bahagia itu sederhana, ketika melihat balita belajar berjalan tanpa lelah namun masih bisa tertawa disela tangis kesakitannya.
Bahagia itu sederhana, ketika tetap berjuang untuk segala kemungkinan masa depan yang masih sangat dirahasiakan oleh Allah.
Bahagia itu sederhana, ketika masih sanggup berbincang mesra dengan Sang Maha Pencipta setiap harinya.
Posting Komentar
Posting Komentar