Saat ini, siswa SMA/SMK mempunyai banyak pilihan jurusan di perguruan tinggi sebagai
jembatan cita–citanya jika ingin melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Jurusan keguruan mulai dilirik oleh orang tua dan
siswa sebagai jurusan yang patut dipertimbangkan. Tidak lagi seperti dulu yang menjadikan
bidang keguruan itu di nomor kesekian. Memilih jurusan keguruan karena memang tidak ada tempat atau tidak diterima di jurusan yang lebih bergengsi seperti kedokteran, teknik, ekonomi dan lainnya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Padahal seharusnya siswa dan orang tua itu sadar, siapakah sosok yang berjasa di sekolah mulai dari TK hingga SMA/SMK. Apa penyebab jurusan keguruan kurang mendapat minat dan perhatian di kalangan masyarakat?
Karena kenyataannya saat itu, prospek pendapatan seorang pendidik masih rendah dibandingkan seorang pekerja kantoran. Hal itu yang menyebabkan orang tua ragu memasukkan anaknya di jurusan keguruan dengan biaya hidup yang kurang terjamin. Sehingga jika harus masuk ke bidang keguruan, itu pun kurang lebih dengan alasan, tidak mempunyai pilihan lain agar siswa dapat melanjutkan kuliah. Tidak hanya alih jenjang dari SMA ke universitas bidang keguruan saja yang dipandang sebelah mata, lulusan mahasiswa terbaik dari Indonesia jarang mengabdikan diri menjadi seorang profesor, master maupun doktor di sebuah unversitas/institut lagi-lagi dengan alasan pendapatan sebagai seorang pendidikan tergolong rendah jika dibandingkan bekerja di perusahaan multinasional.
Karena kenyataannya saat itu, prospek pendapatan seorang pendidik masih rendah dibandingkan seorang pekerja kantoran. Hal itu yang menyebabkan orang tua ragu memasukkan anaknya di jurusan keguruan dengan biaya hidup yang kurang terjamin. Sehingga jika harus masuk ke bidang keguruan, itu pun kurang lebih dengan alasan, tidak mempunyai pilihan lain agar siswa dapat melanjutkan kuliah. Tidak hanya alih jenjang dari SMA ke universitas bidang keguruan saja yang dipandang sebelah mata, lulusan mahasiswa terbaik dari Indonesia jarang mengabdikan diri menjadi seorang profesor, master maupun doktor di sebuah unversitas/institut lagi-lagi dengan alasan pendapatan sebagai seorang pendidikan tergolong rendah jika dibandingkan bekerja di perusahaan multinasional.
Bagaimana
jika profesi pendidik hanya digunakan sebagai ajang coba-coba? Apa yang terjadi jika menjadi seorang pendidikan masih terganjal karena keterpaksaan dan kurang menikmati profesi tersebut? Seperti apa anak
didik yang dihasilkan? Bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depannya tanpa pendidik yang berkualitas?
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama. Masyarakat dan pemerintah sama-sama harus menyadari bahwa pendidikan perlu di nomor satukan. Sekarang, pemerintah mulai sedikit membuka mata di bidang pendidikan meskipun masih dianak tirikan dengan bidang ekonomi maupun pariwisata. Jika masyarakat ingin agar calon generasi bangsa mendapat pendidikan yang layak, perlu pembenahan dari sisi seorang pendidik. Pembenahan selain dari segi pendapatan juga mental seorang pendidik.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama. Masyarakat dan pemerintah sama-sama harus menyadari bahwa pendidikan perlu di nomor satukan. Sekarang, pemerintah mulai sedikit membuka mata di bidang pendidikan meskipun masih dianak tirikan dengan bidang ekonomi maupun pariwisata. Jika masyarakat ingin agar calon generasi bangsa mendapat pendidikan yang layak, perlu pembenahan dari sisi seorang pendidik. Pembenahan selain dari segi pendapatan juga mental seorang pendidik.
src img: http://info125.blogspot.com
Mental pendidik harus kuat, dimulai dari keinginan yang besar untuk benar-benar mendedikasikan diri di pendidikan. Bukankah
berawal dari niat yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, apalagi menyangkut kualitas penerus bangsa Indonesia. Jika niat dari hati sudah benar dari awal, pasti ada jalan untuk mencapai rentetan impian penerapan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.
Memang sudah waktunya yang muda yang berkarya. Para guru muda yang mengajar dari hati akan mempunyai beragam ide kreatifitas untuk menumbuhkan minat belajar siswanya. Para guru muda yang mendidik dengan teladan akan mudah tertanam di hati para siswanya. Para lulusan sarjana muda pendidikan harus terjun terlebih dahulu ke desa pelosok untuk menambal lubang-lubang kecil hingga bernanah demi pejuang-pejuang kecil di daerahnya. Pasti akan ada banyak hikmah dan pengalaman yang didapat dari setiap proses pengajaran di pelosok. Dan diharapkan keadaan pengajar di kota pun tidak membludak hingga harus berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain namun tetap menyandang gelar sebagai guru tidak tetap.
Memang sudah waktunya yang muda yang berkarya. Para guru muda yang mengajar dari hati akan mempunyai beragam ide kreatifitas untuk menumbuhkan minat belajar siswanya. Para guru muda yang mendidik dengan teladan akan mudah tertanam di hati para siswanya. Para lulusan sarjana muda pendidikan harus terjun terlebih dahulu ke desa pelosok untuk menambal lubang-lubang kecil hingga bernanah demi pejuang-pejuang kecil di daerahnya. Pasti akan ada banyak hikmah dan pengalaman yang didapat dari setiap proses pengajaran di pelosok. Dan diharapkan keadaan pengajar di kota pun tidak membludak hingga harus berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain namun tetap menyandang gelar sebagai guru tidak tetap.
Orang yang
besar justru berani melakukan hal-hal kecil namun berdampak besar bagi orang di
sekitarnya. Pengajar muda yang berani terjun ke pelosok, tentu tidak diragukan
lagi kemampuan dirinya dalam menata IQ
dan EQ. Sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan jiwa impian yang besar pada para pejuang kecil di pelosok. Siapakah
yang bisa menebak kemajuan Indonesia beberapa tahun mendatang jika hal tersebut benar-benar diterapkan?
Setiap guru
juga merupakan seorang murid sehingga menjadi seorang pendidik akan secara
tidak langsung belajar banyak hal. Karena segala sesuatu yang telah disebarkan
itulah yang akan disemai. Prospek penyebaran benih unggul oleh para guru
masih sangat luas membentang di luar sana.
Posting Komentar
Posting Komentar