Buku yang dibaca saat menjadi selingan di antara kode-kode pemrograman. Buku Jalan Cinta Para Pejuang adalah karya Salim A. Fillah dengan gaya bahasa yang halus dan terstruktur. Rasanya, tak pernah bosan untuk mengulang membaca berulang kali. Saat membaca seperti mendengar penuturan beliau secara langsung dengan logat yang khas. Buku yang saya pikir sangat berat dibaca, ternyata saya bisa menikmati. Berisi shiroh perjalanan cinta pejuang agama Allah yang seharusnya dijadikan panutan. Tulisan ini, pernah dipublikasi dalam laman dakwatuna.
Mencintai memang mempunyai arti yang luas. Kalau menurutmu, apakah cinta itu mengorbankan jiwa dan raga demi dengan menghilangkan akal sehat? Tentu saja tidak.
Dalam cinta, bisa saja terasa kesusahan, kegelisahan dan kesedihan. Sebab setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini layaknya cermin, jika tersenyum pasti akan terangsang perasaan bahagia. Jika ingin bahagia, bisa awali hati dan jiwa kita untuk selalu tersenyum membahagiakan diri sendiri dan orang lain.
Sudah saatnya kita menaklukan emosi dan hawa nafsu. Terkadang, mencintai seseorang dengan menggantungkan kebahagiaan untuk selalu bersama. Namun saat dia tidak memberi kesempatan pada kita, tentu menjadi bumerang. Merasa hal itu adalah sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena mencintai atau cinta itu sendiri. Tapi karena salah meletakkan kebahagiaan cinta itu. Jalan cinta yang harus diperjuangkan adalah pergulatan jiwa untuk menaklukan cinta serta komitmen dalam menapaki jalan kesetiaan dan pengorbanan. Itulah yang disebut jalan cinta para pejuang yang sesungguhnya.
Kata menaklukan sangatlah hebat. Kita harus mengenali apa yang akan ditaklukan. Setelah mengenali, barulah kita paham hal-hal yang dibutuhkan dalam menaklukan tujuan itu. Selain kebutuhan secara jasmani, kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan dalam menapaki perjalanan untuk mencapai tujuan. Kita boleh saja percaya adanya keajaiban tapi jangan bergantung pada keajaiban sebab yang lebih memegang kendali agar keajaiban itu terjadi adalah Allah.
Dengan apa kita menaklukan dan menghadapi musuh dunia? Tentu saja dengan cinta. Karena kita belajar apa itu cinta dari segala sesuatu yang ada di bumi.
Tujuan yang jelas tentang apa yang ingin kita taklukkan sangatlah penting, dengan begitu kita akan tetap mempunyai arahan yang pasti meskipun beragam pilihan jalan menghadang perjalanan kita. Namun janganlah kita dikalahkan oleh hawa nafsu dengan menghalalkan segala cara, karena Allah akan memberi kemudahan atas visi kita sekecil apapun itu.
Jika tujuan pertama telah tercapai, janganlah kita merasa puas berhenti di pemberhentian awal. Masih ada pemberhentian yang belum kita capai dan semua itu dibutuhkan kesabaran serta tekad untuk meneruskan. Karena terkadang kemampuan untuk menunda lebih besar dari pada kemampuan kita untuk meraih cita–cita kita. Dan kita berlatih untuk taat meski kondisi–kondisi yang kita lalui tidaklah mudah.
Dengan cinta di koridor yang benar, insyaAllah menikmati perjalanan mencapai cita dan harapan Ilahi.
“Hari – hari kita pada umumnya memprioritaskan emosi yang dominan cinta dalam jiwa. Jika kita ingin mengubah segala sesuatu dalam jiwa, tentu diawali dengan mengubah cinta, jiwa dan dunia.”
- Salim A. Fillah –
Posting Komentar
Posting Komentar